Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Ritus Travesti, Transformasi Besut dalam Budaya Masa Kini

6 Agustus 2022   10:49 Diperbarui: 6 Agustus 2022   10:59 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, dari sosok Besut, sedari awal, kita bisa menemukan representasi keliatan dan kerakyatan yang menjadi kekuatasn komunal. Meskipun, katakanlah, mereka berpendidikan rendah, pengalaman berjumpa subjek penjajah menjadikan mereka belajar banyak hal, termasuk belajar kesempatan untuk memadamkan obor.  

MEMILIH JALAN TRANSFORMASI 

Apa yang dilakukan Meimura dalam pertunjukan Ritus Travesti merupakan usaha untuk menafsir-ulang tubuh dan pikiran Besut dalam bingkai transformasi. Secara sederhana, transformasi saya pahami sebagai perubahan bentuk (sebagian ataupun menyeluruh) dengan tetap berusaha mempertahankan substansi budaya, meskipun tidak pernah menyeluruh. 

Konsep ini membawa serta kecerdasan dan keliatan dalam memahami persoalan di tengah-tengah budaya masa kini dan kemungkinan untuk menerobosnya. 

Dalam kondisi masyarakat pascakolonial yang tengah berada dalam hegemoni budaya industrial berorientasi negara-negara maju, transformasi menjadi kekuatan estetik untuk memahami potensi kultural yang memungkinkan dihadirkan dalam kehidupan masa kini.

Dok. penulis
Dok. penulis

Aschroft (2001a: 2) menjelaskan transformasi dalam beberapa konsep. Pertama, transformasi menegaskan kemampuan liat subjek lokal untuk memroduksi makna dan konsep ideologis melalui kerja-kerja representasional dengan cara menyerap, menyeleksi, meniru, mengadaptasi, dan menggunakan budaya dominan dalam kehidupan mereka. 

Kalau para sastrawan menggunakan teknik narasi modern ataupun bahasa Inggris untuk menawarkan makna-makna identitas lokal di tengah-tengah hegemoni modernitas sebagai bentuk budaya kolonial dalam karya mereka, para seniman bisa memroduksi makna dan konsep ideal kehidupan melalui pertunjukan kesenian yang sudah dipadukan dengan teknik pertunjukan modern maupun cerita dan gerak tari yang sesuai dengan perkembangan masyarakat. 

Kedua, dengan memperjuangkan representasi kultural melalui tampilan-tampilan yang sudah disesuaikan secara selektif dengan tradisi modern, identitas lokal akan tetap bisa dinegosiasikan secara ajeg dan dinamis dalam kehidupan kontemporer. 

Dengan kata lain, keberhasilan dalam merepresentasikan identitas kultural akan sangat tergantung pada bagaimana masyarakat dan para aktor mengapropriasi budaya modern untuk kemudian mensubversinya dengan narasi dan makna lokal. 

Kemampuan dan keliatan strategis para aktor lokal untuk memosisikan identitas dalam praktik representasi modern yang sangat beragam merupakan kunci utama untuk memroduksi, menegosiasikan, dan menyebarluaskan makna-makna kultural secara luas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun