Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kawah Wurung Bondowoso di Sebuah Senja

23 Juli 2022   12:35 Diperbarui: 23 Juli 2022   16:50 1366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menara untuk pengawasan sekaligus mendapatkan view yang utuh. Dok. penulis

Imajinasi saya pun mengembara. Tubuh saya seperti terasa ringan karena merasakan sensasi kebahagiaan dari indera penglihatan yang menatap kedahsyatan ekosistem savanah, kulit yang dicumbu angin gunung, kabut yang datang untuk kemudian menghilang, dan batin yang merangkai semua ketakjuban terhadap semesta yang masih terjaga.  

Kawah Wurung. Dok. penulis
Kawah Wurung. Dok. penulis

Suasana senja semakin menyempurnakan ketakjuban saya dan kedua kawan terhadap pesona Kawah Wurung. Cahaya keemasan menjadikan "permadani beludru" tampak semakin sempurna dalam kelembutan dan warna yang begitu hidup. Transisi dari sore menuju malam memberi makna kemisteriusan tetapi cukup menyenangkan, bukan menakutkan. 

Tentu, kemisteriusan tersebut disebabkan temaram cahaya keemasan yang memeluk milyaran rumput. Saya seperti diajak masuk ke dalam misteri yang berasal dari masa lampau ketika rerumputan tersebut mulai tumbuh, menutupi kawah yang sudah tidak aktif lagi.

Kawah Wurung. Dok. penulis
Kawah Wurung. Dok. penulis

Namun, ketika memasuki musim hujan, sebaiknya berangkat ke Kawah Wurung di saat pagi. Di musim hujan, kawasan ini seringkali diguyur hujan ketika siang atau sore hari. Meskipun akan mendapati suasana yang berbeda, pemandangan indah reremputan ketika pagi juga tidak kalah cantiknya.  

Apa yang harus diperhatikan adalah jangan sampai keterpesonaan menjadikan kita lupa diri, karena pinggir jurang tentu menjadi tempat berbahaya. Kehati-hatian tetap menjadi prinsip pertama, terutama ketika para pengunjung tengah asyik memotret ataupun memvideokan keindahan Kawah Wurung. 

Menara untuk pengawasan sekaligus mendapatkan view yang utuh. Dok. penulis
Menara untuk pengawasan sekaligus mendapatkan view yang utuh. Dok. penulis

Ketiadaan pagar pembatas memang menuntut kesadaran para pengunjung untuk selalu hati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Ke depan, pengelola mungkin bisa menempatkan papan peringatan atau pagar pembatas dari kayu, sehingga tidak perlu dibeton. 

Menuruni Tangga menikmati hamparan rumput dan pegunungan. Dok. penulis
Menuruni Tangga menikmati hamparan rumput dan pegunungan. Dok. penulis

Dalam perjalanan turun, kami masih mendapatkan suguhan komposisi alam yang tak kalah menakjubkan. Hamparan savannah dan gunung Ijen di kejauhan tampak seperti memanggil kami bertiga. Menyusuri anak tangga pun tidak lagi melelahkan, karena kebahagiaan setelah menghayati Kawah Wurung dan pemandangan yang begitu indah ketika turun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun