Selain ingin menunjukkan keseriusan dalam melakukan proses penyiapan bibit untuk lahan perkebunan, kehadiran pekerja Eropa dalam foto di atas juga menjadi penanda bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi budidaya tanaman karet benar-benar bisa dibuktikan di tanah jajahan.Â
Para pekebun kolonial yang bukan warga pribumi, dengan kapasitas dan kecapakan rasional mampu menjinakkan keliaran hutan di ujung timur Jawa dengan tanaman karet yang cukup laris di pasar internasional.Â
Maka, tidak mengherankan kalau dalam foto dengan sudut pengambilan gambar long shot tersebut kita bisa menangkap makna kehebatan subjek Eropa dalam menundukkan, untuk kemudian mengelola lahan subur di tanah jajahan.Â
Selain pembibitan, penyiapan lahan yang akan ditanami juga harus benar-benar diperhatikan. Memang, lahan babatan hutan mengandung banyak humus.Â
Namun demikian, lahan tersebut tetap membutuhkan perlakuan dan teknik khusus agar bisa memberikan manfaat maksimal untuk tumbuh kembang tanaman.
Seperti tampak pada foto di atas, para pekebun Eropa cukup serius menyiapkan lahan untuk menanam kopi robusta, komoditas yang tidak kalah larisnya dengan karet dan kakao. Mereka sadar bahwa kopi bukanlah tanaman endemik Jawa, sehingga perlu teknik khusus terkait lahan agar kesuburan tanah bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Tidak mengherankan kalau para pekebun Eropa senang memamerkan perkebunan mereka melalui foto. Keberhasilan membudidayakan kopi robusta di kawasan Kalibaru dan perkebunan-perkebunan lain di Hindia Belanda, misalnya, tentu cukup membahagiakan dan membanggakan, sehingga perlu diabadikan dalam foto di atas.Â
Perkebunan karet pun perlu diabadikan dalam foto karena akan menjadi kabar baik buat keluarga dan kerabat serta pemerintah Belanda.Â
Bukan hanya berkaitan dengan kemampuan untuk menaklukkan dan mengelola keliaran Jawa, tetapi juga berkaitan dengan kekayaan ekonomi yang menyertai keberhasilan budidaya tanaman komersial di Banyuwangi.Â