Maka, pilihan untuk menghadirkan ragam elemen masyarakat dalam arak-arakan gunungan di Lojejer merupakan usaha strategis dan kreatif untuk mengajak ribuan warga yang memenuhi sepanjang jalan memperkuat keharmonisan agama dan budaya.Â
Itulah modal dasar untuk menanggulangi penyebaran paham-paham yang berbahaya buat masyarakat seperti radikalisme dan fundamentalisme yang mengarah kepada terorisme.Â
Artinya, masyarakat dan bangsa ini sejatinya memiliki modal dan kekuatan untuk mencegah berkembangnya paham-paham tersebut, tinggal bagaimana mengemasnya sehingga publik bisa memperkuat kesadaran dengan riang gembira, tidak dogmatis.
Kalau secara rutin, setahun sekali masyarakat disuguhi ritual seperti ini, mereka akan mendapatkan makna-makna kebaikan dan manfaat yang berkaitan dengan tatanan dan jalan kehidupan.Â
Tentu, perlu juga diperkaya degan kegiatan budaya dan agama yang lain. Warga masyarakat tidak akan mudah terpengaruh oleh ajakan-ajakan yang dilumuri dalil agama tertentu untuk memusuhi umat agama lain atau komunitas adat yang dianggap syirik atau tidak sesuai dengan ajaran agama.
Maka, selain menggelontorkan dana untuk program pencegahan dan pemberantasan terorisme dan paham lain yang bertentangan dengan dasar negara secara formal, pemerintah perlu kiranya mengajak kerja sama pemdes, lembaga keagamaan, dan komunitas budaya untuk menggelar banyak even yang menghibur sekaligus memberikan pesan penting kepada masyarakat.
Lebih jauh lagi, ketika warga Lojejer masih terus berkenan melanjutkan tradisi baik seperti arak-arakan gunungan dan memahaminya sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Sang Mahapengasih, tentu budaya Jawa yang dibawa para leluhur akan terus berkembang sebagai identitas komunal.Â
Kebersamaan dalam budaya itulah yang bisa menjadi kekuatan kultural di tengah-tengah perkembangan modernitas dan budaya asing di ruang desa. Maka, ketika mereka berebut sayur, buah, dan hasil pertanian lain dari gunungan yang sudah didoakan bersama oleh para ulama di halaman Balai Desa Lojejer, warga masyarakat sejatinya bukan hanya mengucap syukur dan mengharap kebaikan, tetapi juga mengeskpresikan kejawaan dinamis di tengah-tengah keimanan mereka saat ini, di tengah-tengah bermacam pengaruh budaya luar yang masuk melalui pendidikan, televisi, media sosial, dan kehidupan sehari-hari.
SERUAN EKOLOGIS
Apa yang tidak kalah penting dari kegiatan gunungan ini adalah seruan ekologis secara luas kepada masyarakat dan pemerintah. Mengapa seruan ekologis? Sejak awal dilaksanakannya Krida Sinatria Bhumi Watangan, tim produksi gotong-royong memang bertujuan untuk menyebarluaskan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga dan merawat kawasan Gunung Watangan.Â