Senyum lepas, tanpa beban, dengan gaya individual maupun berkelompok, menunjukkan bahwa kaum muda yang sehari-hari bergelut dengan kehidupan modern, juga bisa menghayati keindahan gua-gua purba.Â
Realitas tersebut bisa menjadi dasar untuk mengembangkan aktivitas-aktivitas rekreatif-edukatif yang berkaitan dengan kepurkalaan, sejarah, budaya, dan lingkungan dengan peserta kaum muda.Â
Alih-alih menghafalkan nama-nama kawasan dengan bermacam potensinya, mengajak mereka datang ke kawasan yang dimaksud bisa menjadi alternatif yang lebih menarik.Â
Untuk mendapatkan pengetahuan, sebelum masuk ke dalam gua, pemandu dan panitia menjelaskan hal-hal terkait kepurbakalaan gua-gua Watangan. Selain itu, para pemandu juga menjabarkan apa-apa yang harus diperhatikan di dalam gua.Â
Perpaduan pengetahuan kepurbakalaan dan panduan di dalam gua, setidaknya, bisa menambah wawasan dan kemampuan praktis kaum muda ketika mereka hendak berkunjung ke gua lain.Â
Setelah mendapatkan penjelasan, dengan hati-hati, para peserta memasuki gua. Dengan penerangan seadanya, mereka masuk satu per satu untuk mengamati kondisi.Â
Meskipun harus menahan pengap, panorama gua purba menjadikan para peserta terus mengamati dinding dan dasar gua, sembari melihat-lihat untuk memastikan ada atau tidaknya alat-alat peninggalan hominid Australomelanesid.Â
Meskipun, tidak menemukan sisa tersebut, para peserta tetap mengekspresikan rasa puas karena sudah mengetahui dan merasakan bagaimana suasana dalam gua. Bisa jadi mereka juga membayangkan bagaimana dulu manusia-manusia purba tinggal bersama, sebelum akhirnya punah.Â