Cara ini diharapkan menarik perhatian kaum muda untuk menantang kapasitas kreatif mereka dalam memotret dan menuangkan ide menarik dalam caption yang akan disebarluaskan.Â
Tentu saja, model tersebut memang sengaja dibuat agar kaum muda tidak malas dan jenuh ketika membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kepurbakalaan.Â
Bahkan, mereka yang tidak memiliki disiplin arkeologi pun bisa menuangkan karya fotografi di media sosial, meskipun tak sebagus dan sesempurna karya fotografer profesional.Â
Di sepanjang perjalanan menuju gua purba, mereka menikmati panorama hutan jati dan pohon endemik Watangan yang memanjakan mata. Pengalaman ini memberikan kesan tersendiri, terutama bagi mereka yang belum pernah merasakan menyusuri kawasan hutan.Â
Dari situ diharapkan akan tumbuh empati kaum muda terhadap keberadaan hutan, sehingga mereka pun tidak segan-segan untuk terlibat dalam usaha konservasi dan pelestarian.Â
Sesampai di  Gua Lowo dan gua-gua lainnya, mereka tidak bisa menyembunyikan rasa gembira, meskipun masih ada sedikit rasa takut. Namun, kehadiran para pemandu lokal, anak-anak muda Dusun Sebanen, menjadikan para peserta berani dan menikmati gua-gua yang mereka kunjungi.Â
Di depan gua atau ketika hendak memasuki gua, mereka pun saling memotret. Sebagai kaum muda, mereka berpose dengan bermacam gaya.Â
Tentu, tetap memperhatikan faktor keselamatan, mengingat kondisi depan gua yang tidak rata. Sekali lagi, peran penting para pemandu lokal sangat penting ketika para peserta melakukan pemotretan.Â
Dari gaya dan ekspresi yang terekam, kita bisa melihat betapa bahagianya anak-anak muda tersebut. Mereka yang belum pernah menikmati keindahan gua purba menemukan momen cukup berharga dan menyenangkan.Â