Di Kabupaten Jember, tape singkong telah dikembangkan menjadi makanan olahan yang bernilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan apabila dijual besekan. Tape singkong di Jember di olah menjadi prol, brownies, dan suwar-suwir tape.Â
Dari paparan tentang tape bisa dilihat betapa teknologi pembuatan makanan dengan proses peragian yang dikerjakan secara tradisional ternyata bisa menjadi peluang bagi berkembangnya industri kreatif makanan.Â
Ke depannya, tentu sangat mungkin lebih dikembangkan industri kreatif dari tape dengan bermacam jenisnya, sehingga semakin menarik minat konsumen untuk membeli.Â
Digemarinya produk-produk olahan tape juga bisa menyaingi produk-produk makanan cepat saji yang berasal dari Eropa maupun Amerika Serikat. Pengaruh positifnya adalah meningkatnya ekonomi berskala kecil-menengah serta semakin variatifnya potensi pangan yang berkembang di Jawa Timur.
PEMBUATAN TEMPE
Bung Karno, Presiden Pertama Republik Indonesia dan tokoh nasional kebanggaan Jawa Timur pernah berpesan agar kita "jangan jadi bangsa tempe". Mengapa beliau berkata demikian, padahal sebagian besar bangsa ini memakan tempe sebagai lauk pauk karena murah dan kandungan gisinya tinggi?Â
Ada beberapa jawaban alternatif atas pertanyaan tersebut. Pertama, Bung Karno berkata demikian dalam suasana revolusi kemerdekaan yang membutuhkan kekuatan sejati dari seluruh bangsa ini sehingga bangsa ini tidak boleh berubah-ubah dalam hal pendirian dan kecintaan terhadap Republik.Â
Tidak seperti tempe yang sorenya masih kedelai paginya menjadi tempe. Kedua, ucapan Bung Karno merupakan cambuk bagi bangsa ini agar selalu belajar dengan gigih agar bisa mengembangkan pengetahuan dan teknologi pangan agar tidak hanya memakan tempe.