Artinya, ada alasan jelas untuk mengembangkannya di masa kini sebagai tanaman alternatif yang relatif tidak membutuhkan perawatan khusus. Meskipun demikian, tantangannya adalah mengubah pandangan warga tentang keberadaan genderuwo di pohon kepoh yang bisa menjadikan mereka enggan menanam.Â
MEMAKNAI PESAN EKOKULTURAL DI BALIK MITOS POHON KEPOH
Apa yang tidak kalah penting dari keberadaan kepoh adalah fungsi pentingnya untuk tempat tinggal beberapa jenis burung, kalong, dan lebah madu. Kalong senang sekali bergelantungan di dahan kepoh. Artinya, banyak makhluk ciptaan Tuhan lainnya yang diuntungkan oleh keberadaan pohon kepoh.
Selain itu, kepoh juga bermanfaat untuk pengatur siklus hidrologi karena dengan tajuknya yang lebar dan perakarannya yang kuat mampu menahan air tanah. Tentu saja fungsi hidrologis ini cukup bermanfaat bagi warga desa yang wilayahnya terletak di kawasan kering. Akar-akar kepoh akan menjadi kekuatan untuk menahan dan menyimpan air hujan yang kemudian bisa keluar menjadi sumber air atau air bawah tanah.
Dari beragam manfaat terhadap kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya tersebut, kita bisa memaknai secara dinamis dan kritis cerita mitis tentang keberadaan makhluk ghaib di pohon kepoh. Para pendahulu bisa jadi sudah mengerti betapa pohon kepoh kaya akan manfaat bagi kehidupan dan lingkungan.Â
Maka, untuk melindunginya dari ancaman penebangan atau tindakan destruktif lainnya, cerita penunggu ghaib pohon kepoh sengaja disebarkan. Ketika cerita itu sudah menjadi tradisi lisan di masyarakat, maka diharapkan warga tidak berani atau tidak mudah untuk menebangnya. Untuk memberikan efek takut kepada masyarakat di masa lalu, tentu lebih mudah  menggunakan cerita mitis dan tradisi lisan. Di situlah proses sosialisasi dilakukan secara kultural.
Memang, masyarakat akhirnya menerima cerita hantu penunggu pohon kepoh dan bukan penjelasan tentang manfaatnya, apa yang terpenting adalah pohon kepoh tetap terlindungi dari ancaman manusia. Apalagi posisinya di kuburan, sendang, tempat keramat, atau hutan. Nenek moyang seperti sudah memprediksi bahwa suatu saat ada manusia-manusia cerdas yang bisa mengetahui manfaat penting pohon kepoh.Â
Itulah kecerdasan ekokultural para pendahulu kita. Ketika masyarakat sudah tahu manfaatnya, mereka masih punya indukan pohon kepoh untuk diambil bijinya dan dibudidayakan secara massif untuk mendapatkan manfaat ekonomis, selain ekologis. Dengan kata lain, cerita hantu penunggu pohon kepoh atau pohon besar lainnya merupakan wujud intelektualitas nenek moyang yang menekankan relasi harmonis antara manusia dan lingkungan. Bukan sesuatu yang syirik.
Mengingat ragam manfaat tersebut, saat ini dan di masa mendatang, para peneliti dan akademisi yang tahu manfaat pohon kepoh perlu untuk melakukan penelitian dan uji coba untuk mendapatkan hasil terbaik. Namun, mereka juga harus memikirkan masyarakat luas terkait temuan tersebut. Mereka perlu mengabarkan kepada masyarakat sebagai penjaga dan pelestari kepoh sekaligus menjadi bentuk tanggung jawab keilmuan yang bermanfaat ke publik.Â
Kalau hasil temuan mereka hanya dijual ke industri dan masyarakat harus membeli mahal hasil industrialisasi dan massifikasi produk berbahan kepoh, tentu itu merugikan publik. Para peneliti sah-sah saja untuk mendapatkan keuntungan dari penelitian terkait kepoh, tetapi etika dan tanggung jawab ke publik tidak kalah penting. Masyarakat tentu harus dilibatkan agar mendapatkan keuntungan juga, selain bisa memanfaatkan kepoh untuk kepentingan mereka.