Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ekodramaturgi: Krisis Ekologis dalam Tatapan Teater

24 April 2022   07:13 Diperbarui: 24 April 2022   21:40 1538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu adegan dalam Dyanmo. Dok. www. targetmargin.org

Dari abad ke-19, May menelaah pertunjukan drama Horizon (1871, sutradara Augustin Daly), dan Wild West: The Drama of Civilization (1886, sutradara William F. "Buffalo Bill" Cody). Ia menempatkan kedua pertunjukan tersebut menyebarkan "kekerasan ekologis" kolonialisme pemukim. 

Poster Wild West. Dok. wikipedia.org
Poster Wild West. Dok. wikipedia.org

Baik pertunjukan Daly dan Cody mengungkapkan bagaimana narasi kulit putih Anglo yang dominan membenarkan pendudukan militer AS atas tanah adat Indian, mempromosikan ekstraksi sumber daya dari tanah di kawasan barat oleh ibu kota di kawasan timur, dan menormalkan supremasi kulit putih dan pemusnahan manusia dan hewan.

Apa yang dikonstruksi dalam kedua pertunjukan tersebut tidak bisa lepas dari "tesis perbatasan" (frontier thesis) yang menekankan bahwa kolonialisme pemukim AS merupakan pengecualian karena ada kepentingan untuk menumbuhkan demokrasi, meskipun untuk menjalankan semua itu harus dilakukan melalui perampasan perbatasan Amerika secara brutal. 

Dalam konteks demikian, proses mengeksploitasi hutan belantara untuk memperluas wilayah koloniasasi AS merupakan kewajaran. Dari setiap wilayah yang ditaklukkan dan dimenangkan akan tumbuh kawasan demokrasi baru yang berbeda dari tradisi nenek moyang mereka di Eropa.

Kesadaran kontekstual dalam menelaah teks-teks pertunjukan lama akan memunculkan kesadaran refleksif-diri secara kritis diri tentang bagaimana kita merepresentasikan, mendiskusikan, dan membingkai sejarah sangat penting bagi ekodramaturgi untuk menjaga agar tidak ikut mendukung dan menyebarkan nilai-nilai ata wacana yang ingin kita bongkar. Karena, di akui atau tidak, ideologi menaklukkan dan memperluas kawasan perbatasan tersebut masih bertransformasi hingga saat ini dalam kebijakan AS.

Pada awal abad kedua puluh, ketika banyak bangsa berusaha untuk mengatasi ekologi yang beragam dari satu benua, sebagian besar orang Eropa-Amerika melihat tanah melalui jendela bidik cerita, seperti Taman Eden Yudeo-Kristen, yang membenarkan kelanjutan ekspansi Inggris-AS. 

Mulai berkembang pula gagasan konservasi untuk mendukung kapitalisme ekstraktif yang sedang berlangsung, meskipun melalui tangan manajerial yang sejatinya jarang menyentuh tanah. 

Cerita yang saling terkait dari wilayah perbatasan dan taman surga alkitabiah dikerjakan dan berada dalam imajinasi para konservasionis awal, serta para politisi, kapitalis, dan warga negara. 

Pertunjukan Girl of Golden West. Dok. chicagocritic.com
Pertunjukan Girl of Golden West. Dok. chicagocritic.com

Dari abad kedua puluh, May meneliti bagaimana Girl of the Golden West (1905) karya David Belasco dan The Great Divide (1906) karya William Vaughn Moody mencerminkan wacana gerakan konservasi dan pelestarian awal abad kedua puluh, yang mencirikan kemajuan sebagai reklamasi taman alkitabiah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun