Kalau kita perhatikan lagi, keterlibatan masyarakat sipil memberikan kerangka untuk memahami bagaimana fungsi teater secara lebih umum. Sebagai tindakan komunal, teater mengasah kapasitas kita untuk berada dalam suatu hubungan, seperti hubungan kita dengan bermacam masalah lingkungan.Â
Ketika para aktor memainkan cerita di atas panggung, teater mengundang kita untuk hidup ke dalam dunia drama untuk memeriksa bersama konsekuensi tindakan manusia. Dengan melakukan itu, kita mengalami cara-cara kita secara tak terduga terhubung dan terlibat.
Konsep drama, "bagaimana jika?", memungkinkan untuk berpikiran terbuka tentang kemungkinan-kemungkinan tertentu dari sebuah adegan atau cerita yang berasal dari pengalaman hidup. Juga, melatih kapasitas kita untuk mengakui dan merasakan dunia pengalaman yang berbeda dari kita sendiri.Â
Proses tersebut mengajak penonton untuk mengenal berbagai perspektif dan kemungkinan yang saling bertentangan sebagai hal yang masuk akal dan nyata. Dengan cara ini, teater melatih elastisitas imajinatif yang diperlukan untuk menjaga kasih sayang saat perubahan iklim berlangsung.
Karena teater adalah praktik imajinasi kolaboratif dan pertunjukan kolektif, ia memiliki kapasitas untuk campur tangan atau mengkritisi narasi besar yang telah membantu melestarikan ketidakadilan dan kerusakan lingkungan.
Dengan menghadirkan bermacam kisah, teater bisa merebut-kembali sejarah yang terhapus atau terdistorsi, membuka kedok dan mengekspos pengaruh ideologi, menegaskan suara-suara baru, dan mengukir ruang bagi mereka yang telah dibungkam atau terpinggirkan.Â
Kisah-kisah ini dapat membangun hubungan, memecahkan ideologi usang, membuka kemungkinan baru, membayangkan masa depan, dan membantu (kembali) membentuk lanskap sosial, politik, dan ekologi kehidupan kita.Â
Pada momen itulah, seniman teater berkesempatan untuk bercerita dan mengeksplorasi bentuk-bentuk estetik yang secara aktif mempraktikkan kasih sayang dan menuntut keadilan melalui kisah-kisah yang visioner dan menyembuhkan.
Maka, para seniman teater bisa mengajukan pertanyaan reflektif yang bisa mendorong mereka untuk memformulasi terus-menerus terkait keterlibatan mereka dalam permasalahan lingkungan.Â
Menghadapi realitas yang mengerikan dari perubahan iklim dan biosida (pembunuhan massif makhluk hidup, pen) yang disebabkan oleh manusia, bagaimana jika ternyata keterampilan teater para sutradara dan aktor, lakon yang dipentaskan, dan bentuk-bentuk teatrikal yang dihadirkan dapat membantu menyelamatkan nyawa, mencegah penderitaan, menyembuhkan kehancuran, merebut kembali dunia, dan mengubah apa artinya menjadi hewan manusia dalam komunitas ekologi yang beragam? Bagaimana jika?Â
Dengan mengembangkan pertanyaan sekaligus tantangan tersebut, para pelaku dan peneliti teater bisa menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab etis-estetis untuk terlibat secara langsung melalui kerja artistik berbasis permasalahan lingkungan yang mengancam masa depan manusia.