Terkait hubungan yang menyangkut pemerintah dan lingkungan sekitar kita, May menyarakan untuk mengembangkan gagasan-gagasan teatrikal berdasarkan beberapa pertanyaan tentang bagaimana relasi sesama manusia dan manusia dengan tanah melalui cara yang bisa menopang kehidupan, tanah, komunitas dan keadilan serta bagaimana tanggung jawab kita terhadap narasi pertunjukan yang telah membantu mengabadikan lebih dari satu abad kehancuran lingkungan dalam lingkup global.
Selain itu, para pelaku dan peneliti teater bisa mengungkap bagaimana tanggapan teater terhadap konsekuensi narasi yang mengabadikan kehancuran ekologis tanpa mengabaikannya, sehingga bisa memulihkan elemen dari cerita yang kita warisi.Â
Kesadaran etis tersebut bisa mengarah pada bagaimana teater mentransformasi narasi eksploitasi menjadi narasi tentang tempat tinggal dan kehidupan.Â
Apa yang tidak kalah penting adalah bagaimana teater dapat memberdayakan kisah-kisah tentang kesalingtergantungan dan memperkuat suara subjek yang terkena dampak krisis ekologis; dan, lebih dari semua itu serta bagaimana kita dapat memanfaatkan sebaik-baiknya cara mengetahui yang merupakan inti dari praktik teater, seperti eksplorasi yang diwujudkan, berbagi cerita, penciptaan komunal, eksperimen imajinatif, dan kedekatan yang gamblang untuk kehidupan bersama.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut memang diarahkan untuk selalu mengasah kepekaan terhadap permasalahan lingkungan yang terjadi. Harapannya, para pelaku bisa berproses kreatif untuk menghasilkan karya pertunjukan yang benar-benar bisa menjangkau subjek penonton dengan konteks ekologis mereka yang tengah bermasalah.Â
Jadi, bukan sekadar menyuguhkan hiburan eskapis, alih-alih, sajian naratif yang bersifat kontekstual dan membawa misi politis untuk mengajak masyarakat bersama-sama menyadari bahwa kehidupan manusia sedang tidak baik-baik saja, sehingga perlu tindakan bersama untuk mengurangi bermacam kerusakan di muka bumi.Â
Dengan demikian, seni pertunjukan bisa membantu kita membayangkan dan mewujudkan cara menjadi manusia yang konsisten dengan pengetahuan ekologis dan kepekaan ekologis.
Jika seni teater adalah rumah manusia, maka manusia masa kini seperti disajikan di persimpangan sejarah masa lalu dan masa kini yang kelam sembari menawarkan kesempatan untuk mengambil sikap dari tempat manusia tinggal.Â
Dari sini, kita memiliki kesempatan unik untuk menceritakan kisah-kisah baru dan menerapkan sisi tajam dan sensual dari praktik kritis dan kreatif kita dengan kerendahan hati dan keberanian saat kita menghadapi pertanyaan masa depan.Â
Tentunya dunia saat ini membutuhkan konsep bagaimana jika dari teater lebih dari masa-masa sebelumnya, karena semakin akutnya krisis lingkungan yang mengancam manusia.