Apa yang bisa dilakukan penggiat teater dalam menghadapi krisis lingkungan yang berlangsung dalam lingkup regional, nasional, dan global?
Mungkin ada yang beranggapan pertanyaan di atas terlalu bombastis karena harus menghubungkan kreativitas para pelaku teater dengan persoalan lingkungan yang terlalu besar cakupan permasalahan dan dampaknya, termasuk para pelaku di level regional, nasional, dan global yang memperparah kerusakan dan kehancuran ruang hidup bagi manusia dan semua makhluk.
Namun, kalau kita kembali kepada sejarah dan posisi teater dalam ruang dan praktik hidup manusia, kita bisa menemukan keterkaitan yang bersifat timbal-balik antara pertunjukan teater oleh para pelaku dengan krisis ekologis.
POTENSI DAN POSISI TEATER
Secara kritis, Emmanuel (2021) mengingatkan bahwa pertunjukan teater mampu menghadirkan tegangan-tegangan dalam masyarakat melalui kerja artistik yang bisa mengejutkan dan menggerakkan penonton, dalam artian mempengaruhi cara berpikir mereka.Â
Selain itu, pertunjukan teater juga menghadirkan refleksi kritis dan mempertimbangkan-kembali bermacam masalah sosial dan lingkungan, khususnya terkait bagaimana manusia berhubungan dan bertanggung jawab terhadap permasalahan itu.
Aspek visualitas yang dikonstruksi oleh kehadiran tubuh-tubuh aktor dan properti di atas panggung merupakan kekuatan luar biasa dari pertunjukan teater. Tubuh para aktor memungkinkan bangunan kesadaran terkait permasalahan yang berkembang. Maka dari itu, imajinasi sutradara dan para aktor menjadi kekuatan penting dalam membangun logika pertunjukan yang bisa mempengaruhi persepsi publik penonton.
Theresa May, salah satu pelaku dan peneliti teater di AS, dalam bukunya, Earth Matters on Stage: Ecology and Environment in American Theatre (2021), berkeyakinan bahwa teater memiliki potensi besar untuk membantu memperbaiki hubungan yang rusak dengan lingkungan dan untuk menginspirasi tindakan yang bertanggung jawab secara ekologis.
Tulisan ini merupakan review konseptual terhadap pemikiran May terkait ekodramaturgi, sebuah konsep yang ia namai berdasarkan seruan etis tentang teater dan masalah lingkungan serta tumbuhnya kesadaran kritis dan kreatif untuk memproduksi pertunjukan teater yang berpotensi menggerakkan publik untuk memperhatikan krisis ekologis yang menjadi ancaman umat manusia, bukan hanya di Amerika Serikat dan Eropa, tetapi di seluruh dunia.