Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Membaca-kembali Film Horor Indonesia Era 2000-an

19 April 2022   05:49 Diperbarui: 21 April 2022   19:34 3741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Julia Estelle dalam film Kuntilanak. Dok. MVP Pictures

Mungkin saja itu semua terjadi ketika para sineas hanya mandeg pada visualitas dan tema-tema hantu yang seragam sehingga menjadi sajian monoton yang menjenuhkan. Namun ketika para sineas bisa terus melakukan eksperimen untuk menemukan visualitas dan tema-tema hantu yang selalu baru, sangat mungkin penonton akan terus melihat film-film horor. 

Dan, yang perlu dicatat, cerita-cerita tentang hantu dalam masyarakat tidak akan pernah habis, tergantung bagaimana para sineas membaca cerita-cerita tersebut sebagai inspirasi untuk tetap kreatif sembari terus memperjuangkan pandangan-pandangan baru yang bisa mengganggu pandangan-pandangan hegemonik dari otoritas kuasa dalam masyarakat.

RUJUKAN

Adorno, Theodor W. 1997. “Culture Industry Reconsidered”, dalam Paul Marris and Sue Tornhman (Eds). Media Studies: A Reader.Edinburgh: Edinburgh University Press.hlm.25. 

Chavchay Syaifullah & Eri Anugerah. “Tafsir Baru Rumah Horor Pondok Indah”, dalam Resensi Film Media Indonesia, 26 Pebruari 2006, diakses dari http://www.mediaindonesia.com/resensi/details.asp?id=331

“Film Bangku Kosong Berangkat dari Peristiwa Nyata”, dalam Pikiran Rakyat, 12 November 2006, diakses dari http://pikiran-rakyat.com/cetak/2006/112006/12/0403.htm 

“Hantu Jeruk Purut, Tak Sehoror Cerita Yang Beredar” dalam Info Sinema, 29 Nov 2006, diakses dari http://www.kafegaul.com/sinema/article.php?cat=3&id=27462

“Seperti Naik Roller Coaster”, Interview Rizal Mantovani (Sutradara Kuntilanak), dalam http://filmkuntilanak.com/interview_01_rizal.html.

Strinati, Dominic 2004. Popular Culture Pengantar Menuju Teori Budaya Populer (alih bahasa Abdul Mukhid). Yogyakarta: Penerbit Bentang.hlm.61.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun