Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berlibur ke Rumah Nenek-Kakek: Pedagogi Ekologis dan Budi Pekerti

17 April 2022   04:58 Diperbarui: 17 April 2022   09:35 1572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menemani cucu makan. Dokumentasi pribadi

Di hutan mereka bisa mengenal jenis-jenis pohon dan tumbuhan lainnya. Mereka juga bisa mengetahui bermacam binatang yang ada. Proses mengetahui kekayaan hayati ini akan menambah kosa kata ataupun pengetahuan tentang aneka ragam makhluk yang ikut mengisi dan menhidupan bumi. 

Tidak lupa kita bisa menjelaskan tentang kontribusi mereka dalam ekosistem. Setidaknya, anak-anak jadi tahu bahwa sekecil apapun serangga hutan, mereka memiliki peran yang tidak bisa diremehkan. 

Begitupula dengan tumbuh-tumbuhan. Baik yang berupa pohon besar ataupun rumput dan semak-semak sama-sama memiliki arti dalam proses kehidupan di ekosistem dengan mengisi matarantai makanan dan peristiwa alam lainnya. Bahkan, daun-daun jati yang kering ikut melanjutkan kehidupan dengan menjadi salah satu unsur penyubur dalam tanah. 

Sungai alam di desa di Lamongan. Mengering di musim kemarau. Dokumentasi pribadi
Sungai alam di desa di Lamongan. Mengering di musim kemarau. Dokumentasi pribadi
Ketika bermain di pinggir sungai alam, anak-anak bisa mengetahui secara langsung bagaimana kondisinya saat ini dan membandingkannya dengan kondisi ketika kita masih seusia mereka. 

Dulu misalnya, setiap musim kemarau air masih mengalir karena mata air masih banyak. Anak-anak kecil bisa mandi dan bermain sepuas hati selepas bermain dari hutan dan sawah. 

Saat ini, kondisi hutan banyak yang rusak, sehingga mata air yang airnya mengalir ke sungai semakin sedikit. Demikian pula dengan "kedung" (lubuk, ceruk di pinggir sungai agak dalam yang biasanya berada di kelokan dan menjadi tempat pusaran air) yang sudah semakin jarang karena proses penggarapan lahan tegal di atas sungai yang menjadikannya "jugruk", runtuh. Kedung biasanya menjadi menjadi tempat untuk cadangan air karena kedalamannya. Dampaknya, pada musim kemarau debet air semakin sedikit. 

Belajar berjalan di atas
Belajar berjalan di atas "uwot" dari bambu ketika kondisi air melimpah. Dokumentasi pribadi
Sementara, ketika musim penghujan, kita bisa menjelaskan dari mana asal air yang melimpah dan kemana mereka akan bermuara kepada anak-anak. Sesekali kita bisa menyisipkan cerita masa kecil ketika mandi di sungai dalam kondisi air melimpah. Tidak lupa bisa ditambahi pengalaman yang kurang mengenakan agar anak-anak kita juga berhati-hati ketika kelak berkesempatan main di sungai. 

Tentu, kita bisa juga menyampaikan pesan-pesan ekologis yang tidak bermaksud menggurui tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai dari sampah plastik yang berbahaya serta limbah pabrik. Kita bisa mengambil contoh peristiwa-peristiwa kecil ketika ada plastik yang terbawa arus sungai. 

Kita ajak anak-anak kita untuk berimajinasi tentang apa yang akan terjadi dengan plastik itu ketika mereka semakin banyak di sungai. Biarkan anak-anak bercerita dan kita menambahkan apa-apa yang dibutuhkan.

Memancing di rawa ataupun embung desa juga bisa menjadi peristiwa sederhana yang sekaligus mempraktikkan pedagogi ekologis. Sebagai tempat cadangan air yang bermanfaat untuk pertanian, rawa menjadi tempat hidup banyak binatang dan tumbuhan, termasuk mikroorganisme. 

Ikan menjadi makhluk hidup penghuni rawa yang memberikan banyak manfaat kepada manusia. Kandungan gizi ikan rawa seperti gabus, lele, dan mujaher cukup penting bagi kesehatan manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun