Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berlibur ke Rumah Nenek-Kakek: Pedagogi Ekologis dan Budi Pekerti

17 April 2022   04:58 Diperbarui: 17 April 2022   09:35 1572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman itulah yang akan membentuk nilai-nilai luhur dalam pikiran dan batin anak-anak. Dengan demikian, pedagogi budi pekerti yang berlangsung benar-benar bisa menyatu dengan tingkah pola mereka ketika bermain, bukan sesuatu yang harus dihafalkan. 

PEDAGOGI EKOLOGIS

Entah sudah berapa puluh tahun pemerintah Indonesia, dari tingkat pusat hingga kabupaten, mengkampanyekan untuk menanam pohon. Warga negara diharapkan mendukung dan berpartisipasi program tersebut demi anak dan cucu kelak. 

Sayangnya, pemerintah sampai dengan saat ini bisa dikatakan tidak konsisten dengan kampanye tersebut karena mereka masih mengizinkan pembabatan hutan hujan tropis untuk perkebunan dan pertambangan. Realitas tersebut sangat menyesakkan dada. Mengapa?

Karena menghadirkan realitas kontradiksi antara apa yang dikampanyekan dengan apa yang sebenarnya berlangsung. Ajakan menanam pohon merupakan tindakan terpuji yang bisa menyelamatkan lingkungan. Namun, pembabatan hutan adalah tindakan tercela yang merusak lingkungan dan ekosistem yang sejatinya bermanfaat untuk manusia. 

Artinya, generasi penerus yang sebenarnya harus merasakan secara leluasa kemelimpahan oksigen dari hutan tropis harus mengalami masalah serius karena mayoritas hutan sudah rusak. 

Di situlah kadang saya berpikir apa masih penting kampanye reboisasi ketika pada saat bersamaan berlangsung penggundulan hutan? Namun, kalau kita apatis dan tidak melakukan apa-apa, bukankah itu akan memperparah kerusakan lingkungan dan atmosfer bumi? 

Memasuki hutan jati. Dokumentasi pribadi
Memasuki hutan jati. Dokumentasi pribadi

Menyadari bahwa manusia sudah menikmati kebaikan lingkungan di sekitar kita, tidak ada salahnya kalau kita melekatkan tanggung etis-ekologis kepada setiap hela nafas dan setiap langkah perjalanan. 

Prinsip tersebut perlu juga kita biasakan kepada anak-anak. Setidaknya, sejak usia dini, anak-anak tahu bagaimana mereka harus mencintai lingkungan hidup dan menjadi berbeda dengan rezim yang suka merusak hutan, gunung, sungai, danau, sawah, dan yang lain. 

Liburan ke rumah nenek-kakek di desa bisa menjadi momen untuk menjalankan pedagogi ekologis secara asyik. Anak-anak bisa kita ajak main ke hutan, sungai, rawa, ataupun sawah untuk merasakan secara langsung bagaimana bumi dengan semua kekayaan lingkungannya menjadikan kehidupan manusia menjadi ada dan terus berlanjut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun