Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Artikel Utama

Ngabuburit Keliling Desa: Menikmati Puasa, Memperkaya Pengetahuan

13 April 2022   05:44 Diperbarui: 19 April 2022   13:45 2332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Interaksi dinamis berupa tanya jawab tanpa beban, riang gembira, menjadi warna yang asyik, sehingga menjadikan perjalanan ke desa-desa baru sebagai 'sekolah bergerak'. 

Praktik 'sekolah bergerak' ini memiliki keuntungan tersendiri karena tidak terikat aturan formal yang seringkali dirasakan menjenuhkan. Di pinggir jalan ketika beristirahat dan di tengah mengendarai motor, proses bersekolah mengalirkan banyak informasi tentang desa, masyarakat, dan lingkungan mereka.

Ketiga, tidak jarang kita bisa menemui permasalahan yang memprihatinkan. Di desa-desa Jember kami menemukan permasalahan ekologis yang cukup memprihatinkan. Banyak gumuk (bukit yang terdiri atas pasir, tanah, dan batu) yang rata dengan tanah atau dalam proses pengerukan oleh alat berat seperti buldoser. 

Gumuk yang dibongkar. Dokumentasi pribadi
Gumuk yang dibongkar. Dokumentasi pribadi

Gumuk adalah kekayaan lingkungan langka yang dimiliki Jember.  Sewaktu saya menempuh pendidikan S1 (1996-2002), masih banyak gumuk di Jember. 

Sayangnya, sejalan dengan proses pembangunan infrastruktur dan perumahan, saat ini banyak gumuk yang dibongkar untuk diambil pasir, tanah, dan batunya. Dampak seriusnya adalah semakin panasnya hawa Jember karena angin dari Laut Selatan tidak ada yang menahan. 

Aspek ekonomis yang cukup menggiurkan menjadikan para pemilik gumuk membongkarnya. Dari satu gumuk mereka bisa mendapatkan ratusan juta sampai hitungan milyar. 

Ini memang menjadi masalah serius karena banyak gumuk di Jember menjadi milik pribadi. Sementara, pemerintah kabupaten tidak menganggarkan untuk membeli gumuk-gumuk tersebut.

Kami akan berhenti sejenak untuk melihat-lihat gumuk yang dibongkar. Menuturkan proses terjadinya gumuk yang diduga berasal dari letusan gunung berapi purba di Jember tidak lupa saya lakukan. 

Setidaknya si bungsu jadi tahu asal-muasal gumuk, meskipun masih perlu diteliti secara lebih serius. Menjelaskan fungsi ekologis gumuk pun memunculkan perbincangan yang asyik. 

Tak lupa saya berpesan agar kalau ia punya uang banyak di masa depan, sebaiknya membeli gumuk, tetapi bukan untuk dibongkar. Alih-alih, dipertahankan sebagai kawasan konservasi tumbuhan endemik seperti bambu dan yang lain. Kalaupun mau dikembangkan bisa dijadikan kawasan wisata minat khusus konservasi dan camping. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun