Kalau sudah masuk ke kelopak telang, saya pun betah menunggunya demi menyaksikan secara langsung bagaimana mereka mempertahankan kehidupan, sekaligus membantu penyerbukan.Â
Kehadiran kumbang-kumbang tersebut membuktikan bahwa sesederhana apapun tanaman pasti akan menghadirkan kehidupan lain dalam relasi mutualisme yang memukau. Kehadiran yang satu memberikan manfaat kepada kehadiran yang lain.Â
Sambung-menyambung kehidupan menjadi mata rantai yang penuh hikmah. Ayat-ayat kehidupan yang begitu sederhana hadir di pekarangan rumah, menawarkan teladan sempurna.Â
Beberapa jenis belalang juga gemar singgah, bahkan berlama-lama, di daun sereh dan okra. Berdasarkan pengamatan, terdapat dua jenis belalang yang sering mengisi orkestra di pekarangan, yakni warna coklat kayu dan hijau.Â
Meskipun mereka suka makan daun muda sereh dan tanaman lainnya, tidak menjadi masalah, toh kuantitas yang mereka makan tidak terlalu banyak.Â
Kupu-kupu dan kaper tidak mau ketinggalan ikut merayakan kebahagiaan di pekarangan sempit. Bahkan, beberapa ada yang kepompongnya 'bertapa' di bawah daun tanaman jahe. Memang, ketika masih menjadi ulat, mereka memakan daun bunga hias dan tanaman pangan.Â
Transformasi mereka menjadi kepompong hingga akhirnya melepas baju kepompongnya dan menjadi kupu-kupu sangat indah. Tentu kita harus sabar untuk bisa menikmati momen tersebut.
Tidak mau ketinggalan, beberapa bekicot juga ikut meramaikan orkestra di pekarangan. Binatang yang suka berada di tempat lembab dan sering keluar malam hari ini mengkonsumsi dedaunan dan sampah organik yang berserakan di tanah. Dikarenakan ekosistem yang mendukung, mereka pun melakukan regenerasi di pekarangan.Â
Pagi hingga sore hari, mereka biasanya menempel dan berlindung di bawah kayu-kayu lapuk yang ada di pekarangan. Kalau sudah demikian, mereka akan bertahan lama, seperti menemukan tempat istirahat yang sangat nyaman.