Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Sejumput Kisah Bu(di)daya Tanaman di Pekarangan Sempit

3 April 2022   05:05 Diperbarui: 3 April 2022   10:00 2151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati sulur tanaman telang menjelang petang | Dokumentasi pribadi

Kalau sudah masuk ke kelopak telang, saya pun betah menunggunya demi menyaksikan secara langsung bagaimana mereka mempertahankan kehidupan, sekaligus membantu penyerbukan. 

Kumbang di bunga telang | Dokumentasi pribadi
Kumbang di bunga telang | Dokumentasi pribadi
Kehadiran kumbang-kumbang tersebut membuktikan bahwa sesederhana apapun tanaman pasti akan menghadirkan kehidupan lain dalam relasi mutualisme yang memukau. Kehadiran yang satu memberikan manfaat kepada kehadiran yang lain. 

Sambung-menyambung kehidupan menjadi mata rantai yang penuh hikmah. Ayat-ayat kehidupan yang begitu sederhana hadir di pekarangan rumah, menawarkan teladan sempurna. 

Belalang coklat di daun singkong | Dokumentasi pribadi
Belalang coklat di daun singkong | Dokumentasi pribadi

Beberapa jenis belalang juga gemar singgah, bahkan berlama-lama, di daun sereh dan okra. Berdasarkan pengamatan, terdapat dua jenis belalang yang sering mengisi orkestra di pekarangan, yakni warna coklat kayu dan hijau. 

Meskipun mereka suka makan daun muda sereh dan tanaman lainnya, tidak menjadi masalah, toh kuantitas yang mereka makan tidak terlalu banyak. 

Belalang menikmati daun okra muda di pekarangan | Dokumentasi pribadi
Belalang menikmati daun okra muda di pekarangan | Dokumentasi pribadi
Kupu-kupu dan kaper tidak mau ketinggalan ikut merayakan kebahagiaan di pekarangan sempit. Bahkan, beberapa ada yang kepompongnya 'bertapa' di bawah daun tanaman jahe. Memang, ketika masih menjadi ulat, mereka memakan daun bunga hias dan tanaman pangan. 

Transformasi mereka menjadi kepompong hingga akhirnya melepas baju kepompongnya dan menjadi kupu-kupu sangat indah. Tentu kita harus sabar untuk bisa menikmati momen tersebut.

Kupu dan bekas kepompongya di bawa daun jahe | Dokumentasi pribadi
Kupu dan bekas kepompongya di bawa daun jahe | Dokumentasi pribadi
Tidak mau ketinggalan, beberapa bekicot juga ikut meramaikan orkestra di pekarangan. Binatang yang suka berada di tempat lembab dan sering keluar malam hari ini mengkonsumsi dedaunan dan sampah organik yang berserakan di tanah. Dikarenakan ekosistem yang mendukung, mereka pun melakukan regenerasi di pekarangan. 

Pagi hingga sore hari, mereka biasanya menempel dan berlindung di bawah kayu-kayu lapuk yang ada di pekarangan. Kalau sudah demikian, mereka akan bertahan lama, seperti menemukan tempat istirahat yang sangat nyaman.

Bekicot sedang beristirahat dengan menempel di kayu | Dokumentasi pribadi
Bekicot sedang beristirahat dengan menempel di kayu | Dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun