Dalam bahasa lembut, peristiwa berita palsu tersebut merupakan tanda bahwa cek-fakta dalam media online, terutama dalam situasi perang, memiliki banyak keterbatasan. Dalam bahasa yang relatif kasar, kita bisa menyebutnya "kecerobohan akut", karena mereka membiarkan berita palsu dibaca dan ditonton jutaan warga bumi, baik yang kontra maupun yang pro Rusia atau Ukraina.
Namun, karena ini berkaitan dengan kepentingan politik dan perang antara dua negara dan banyak negara yang ikut bermain, berita palsu yang telah disebarkan tidak bisa sekedar dipandang sebagai keterbatasan atau kecerobohan.
Apa yang dilakukan oleh pemerintah Ukraina dengan merilis berita kematian tentara di Pulau Ular dan pernyataan heroik Zelensky yang mengabaikan kebenaran merupakan model propaganda klasik.
Laura Edelson, pakar komputer dengan fokus misinformasi dari New York University, mengatakan bahwa Ukraina terlibat propaganda yang cukup klasik, yakni menceritakan kisah yang mendukung narasi mereka.
Terkadang informasi palsu juga masuk dalam cerita dan lebih banyak lagi yang lolos karena kondisi lingkungan secara keseluruhan. Â (NY Times).
Hal itu bisa dipahami karena apa yang dipentingkan pemerintah Ukraina adalah memenangkan pertarungan informasi melalui jagat maya. Menjadi wajar kalau mereka banyak memobilisasi berita tentang keberanian tentara, penderitaan warga sipil, dan, kalau perlu, kekejaman tentara Rusia.
Kalau tidak bisa memainkan propaganda melalui media online dan media sosial, maka Ukraina tentu tidak hanya kalah dalam perang informasi, tetapi juga kalah dalam segala bentuk perang melawan Rusia.
Setidaknya, melalui berita propaganda yang disebarluaskan media Barat selama beberapa hari, pemerintah Ukraina akan mendapatkan keuntungan diskursif di mata warga negaranya dan pembaca internasional.
Dalam hal itu, kita bisa melihat betapa media Barat dalam platform online berpartisipasi dalam menyebarluaskan propaganda pemerintah Ukraina. Pilihan ini tentu bukan tanpa pertimbangan ideologis dalam artian ada tujuan dan keberpihakan tertentu.
Sulit untuk menerima bahwa mereka sekedar teledor karena menyebarkan berita palsu. Bagaimanapun para pengelola media barat menjadi bagian "medan ideologis" yang menempatkan Rusia sebagai "musuh berbahaya" bagi negara-negara Barat.Â
Kalau mereka berkenan untuk melakukan cek-fakta secara serius, pasti tidak akan sulit untuk mendapatkan informasi yang benar tentang peristiwa di Pulau Ular. Masalahnya adalah jauh sebelum perang berlangsung, sudah berkembang wacana bahwa pemerintah Rusia memiliki kemampuan propaganda canggih sehingga pernyataan mereka tidak boleh langsung dipercaya.