Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Gunung Watangan, Benteng Alam di Kawasan Selatan Jember

24 Februari 2022   05:00 Diperbarui: 24 Februari 2022   10:02 2679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Watangan dari arah Desa Ampel, Wuluhan. Dok. penulis

Sosialisasi potensi kepurbakalaan Watangan bisa dilakukan melalui jalur formal dan informal. Secara formal, potensi kepurbakalaan Watangan bisa dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan di Jember, dari tingkat dasar, tingkat lanjut, hingga perguruan tinggi. Secara informal, para pemerhati dan peneliti kepurbakalaan bisa menyebarluaskannya melalui penerbitan buku, tulisan di majalah, artikel jurnal, ataupun bermacam konten new media. 

Semakin banyak warga, khususnya generasi muda, yang mengetahui potensi kepurbakalaan tersebut, semakin banyak pula pihak yang akan ikut merawat keberadaan benteng alam Watangan. Rasa empati publik bisa menjadi kekuatan strategis untuk terus merawat dan melestarikan ekosistem Watangan sekaligus menangkal kekuatan jahat yang hendak merusaknya.

MERAWAT WATANGAN

Untuk mempertahankan kekokohan Watangan, tentu dibutuhkan kerjasama lintas sektor. BKSDA menjadi kekuatan utama untuk menjaga kawasan cagar alam. Sementara, Perhutani menjadi penopang untuk pemanfaatan kawasan hutan produktif secara bijak. Tidak mengganti pohon jati dengan tanaman lain yang bisa merusak formasi kawasan merupakan tindakan bijak. 

BSKDA dan Perhutani harus menggandeng warga untuk berpartisipasi dalam pelestarian ekosistem Watangan. Warga dipersilahkan mendapatkan keuntungan sejauh tidak melakukan tindakan-tindakan destruktif. Warga, misalnya, bisa memanfaatkan lahan di bawah tegakan untuk menanam tanaman empon-empon seperti kunir, lengkuas, kunir, dan yang lain. Mereka juga bisa mendapatkan aneka herbal yang terdapat di Watangan.

Para pelaku seni dan budaya bisa menyiapkan gelaran bersama warga yang didesain untuk gerakan ekologis-kultural. Artinya, mereka bisa membuat pertunjukan, ritual, seminar, dan lomba sebagai bentuk kampanye agar masyarakat dan pemerintah terus meningkatkan kepedulian untuk merawat ekosistem Watangan, bukan merusaknya.

Dewan Kesenian Jember (DeKaJe), misalnya, menginisiasi sebuah ritual "Wiwitan" pada 13 Pebruari 2022, bertempat di kawasan hutan jati Dusun Sebanen, Desa Lojejer. Ritual ini merupakan kerjasama DeKaJe dengan pelaku seni dan budaya serta warga masyarakat tepi hutan. 

Sesepuh Dusun memimpin
Sesepuh Dusun memimpin "laku nuju sumber". Dok. Eko Suwargono

Sebagai aktivitas awal, mereka melakukan "laku nuju sumber", perjalanan menuju air terjun Ma Elang untuk berdoa kepada Tuhan dan memohon izin kepada kekuatan supranatural yang menjaga Watangan. Di pimpin sesepuh dusun, beberapa pelaku seni dan pengurus DeKaJe berjalan kaki menuju air terjun Ma Elang. 

Sesampai di sana, mereka melantunkan doa kepada Tuhan agar merestui dan meridhoi ritual Wiwitan yang akan dilakukan. Suara gemericik air terjun Ma Elang, meskipun debet airnya kecil, seperti menyanyikan kidung bumi yang begitu damai. Suasana tersebut sesuai dengan kebutuhan ritual yang harus hening. 

Ritual
Ritual "laku nuju sumber" di air terjun Ma Elang, Watangan. Dok. Eko Suwargono
Sesudahnya, ritual Wiwitan dilaksanakan di bagian pinggir hutan jati yang tidak jauh dari Sebanen, tepatnya di jalan masuk menuju air terjun. Dengan tumpeng dan sesajen lainnya, Suharto, M.A., dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, memimpin ritual dengan memadukan doa berbasa Arab dan Jawa. Para pelaku ritual, baik laki-laki dan perempuan, mengamini doa yang disampaikan Suharto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun