Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seni Ekologis: Krisis Lingkungan dalam Tatapan Kreatif Seniman

19 Februari 2022   11:33 Diperbarui: 27 Februari 2022   12:56 2204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis ekologis di planet ini menimbulkan keprihatinan banyak pihak, dari warga biasa, peneliti, hingga pemerintah. Ancaman nyata perubahan iklim yang bisa berdampak sangat buruk bagi lingkungan tentu mengkhawatirkan sekaligus menakutkan karena berkaitan langsung dengan peradaban umat manusia.

Bermacam kampanye lingkungan dilakukan oleh pemerintah, LSM, akademisi, dan yang lain. Meskipun seringkali terjadi kontradiksi karena banyak pemerintah yang melegalisasi perusakan lingkungan atas nama investasi (pertambangan, perkebunan, perumahan), tetapi kampanye untuk menanam pohon, misalnya, terus berjalan. Negara-negara adikuasa terus menggenjot sektor industri yang meningkatkan jumlah karbon di atmosfer, sembari membuat citra global terlibat dalam penyelamatan bumi.

Sebagai individu dengan kemampuan imajinatif yang hidup di tengah-tengah permasalahan lingkungan di kawasannya masing-masing, para seniman tergerak memberikan tanggapan kreatif berupa karya artistik yang berorientasi kepada tema-tema kerusakan ekologis dan usaha untuk membangun kesadaran publik terhadap keberlangsungan dan keberlanjutan kehidupan di planet ini.

Seni ekologis dalam bentuk seni instalasi. Dok. www.hisour.com 
Seni ekologis dalam bentuk seni instalasi. Dok. www.hisour.com 
Para seniman Barat, khususnya dari Jerman, sejak tahun 1960-an, sebut saja Nikolaus Lang, Lili Fischer, Hans Haakke, Joseph Bois dan Alan Sonfist, merintis karya seni yang bercirikan keterhubungan dengan lingkungan tempat tinggal manusia (https://www.hisour.com/ecological-art-21062/). Mereka mengeksplorasi bahan dari tanah liat dan membuat karya instalasi di kawasan pertanian ataupun lanskap sebuah wilayah. Para seniman tersebut mengangkat topik tentang perlunya kesadaran manusia untuk melindungi dan melestarikan lingkungan agar mereka bisa melanjutkan kehidupan. 

Pilihan seniman membuat karya lukis dan instalasai berbasis bahan yang tersedia di kawasan juga menguntungkan karena bisa menyiasati mahalnya harganya bahan untuk membuat karya. Selain itu, mereka dengan mudah memasukkan pandangan ekologis ke masyarakat melalui karya yang tidak jauh dari kehidupan sehari-hari mereka. Jadi, masyarakat diajak untuk memahami permasalahan lingkungan dan dampak negatifnya terhadap kehidupan manusia melalui karya seni.

MEMAHAMI SENI EKOLOGIS & FUNGSI STRATEGISNYA

Dalam pemahaman sederhana, seni ekologis merupakan aktivitas seni yang dimulai sebagai respons terhadap krisis lingkungan global. Kesenian ini memadukan seni estetis, informatif dan edukatif yang berupaya untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya lingkungan dan keterlibatan masyarakat dalam restorasi lingkungan.

Lipton dan Watts (2004) menjelaskan bahwa seni ekologis merupakan proses kreatif untuk menanggapi bermacam kerusakan ekologis di belahan bumi ini, mendidik masyarakat terkait isu-isu lingkungan dan alternatif solusinya, menumbuhkan respek terhadap lingkungan alam.

Dalam perkembangan awalnya, bentuk seni ekologis berupa seni instalasi di sebuah kawasan. Maczak (2002) mencatat bahwa salah satu trend yang berkembang sampai dengan akhir abad ke-20 adalah seni instalasi (seni yang menggabungkan bermacam genre, seperti lukis, patung, pahat, dan lain-lain) yang digelar di galeri, museum, ataupun langsung ke wilayah dengan tujuan memberikan edukasi kepada publik tentang pentingnya peran alam dalam kehidupan manusia, termasuk dalam kreativitas estetik.

Seni ekologis berbahan botol plastik. Dok. ecofriend.org
Seni ekologis berbahan botol plastik. Dok. ecofriend.org

Terlepas dari pilihan bentuk yang dipilih seniman, seni ekologis, menurut Wallen (2003), berusaha untuk terus mengkomunikasikan prinsip-prinsip ekologis yang bisa hadir dalam bermacam media dengan tujuan memberikan pesan bahwa lingkungan tempat manusia tinggal beserta isinya tengah mengalami krisis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun