Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seni Kriya, Keindahan Fungsional, dan Perluasan Kajian

19 Januari 2022   12:37 Diperbarui: 19 Januari 2022   13:32 1878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih lanjut, Cochrane (1997: 56-57) berargumen bahwa penting untuk mengkaji secara mendalam tentang apa yang menjadikan kriya bisa dibicarakan secara kritis dan serius seperti: alasan mengapa kirya bisa menyenangkan, mengganggu, atau familiar; tujuan-tujuan dibuatnya objek; lingkungan-lingkungan tempat produksi; teknik-teknik konstruksinya serta pengaruh sosial dan fungsional dari perubahan teknologi; (iv) signifikansi material-material yang digunakan; cara-cara objek tersebut merepresentasikan ideologi;  tempatnya dalam perdagangan dan pasar; dan lain-lain.  

Mengikuti pola pikir yang diajukan oleh Cochrane, seorang peneliti, kritikus atau mahasiswa seni kriya sebenarnya bisa melakukan pembacaan kritis terus-menerus tentang kriya rakyat sehingga akan memunculkan pemahaman yang lebih komperhensif dan arif. Yang pasti kriya rakyat bisa berbicara dan dibicarakan melalui banyak elemen yang melekat pada dirinya, dari elemen material, proses produksi-distribusi, lingkungan dan organisasi pendukung, makna-makna filosofis-ideologis, dan lain-lain. 

Untuk elemen produksi distribusi, material, maupun lingkungan dan organisasi pendukung, para pengkaji dari perguruan tinggi seni sudah banyak yang membicarakan. Yang harus diberikan perhatian lebih adalah pada level representasi, meskipun makna yang mungkin ditemukan haruslah tetap bersumber pada ukuran-ukuran estetik yang dimiliki oleh kriya.

Ketika kriya rakyat banyak diulas dalam perspektif kritis, maka secara tidak langsung para pengkaji telah berusaha memberi nilai lebih pada benda-benda kriya dan tidak menganggapnya sebagai semata-mata benda pasaran. Di sinilah kesadaran dan keikhlasan dari para pengkaji, kritikus, serta kurator untuk ‘berlaku jujur’ sangat dibutuhkan untuk terus melakukan proses pemaknaan dan kritik terhadap potensi kriya yang banyak berkembang di masyarakat kita. 

Karena hanya dengan kesadaran dan keikhlasan itulah, jarak pemaknaan akan bisa direduksi sehingga kita tidak semakin memperlebar jarak sosial yang ada di masyarakat dengan berlaku ‘berat sebelah’. Bagaimanapun, kriya rakyat adalah realitas kultural yang mempunyai dimensi makna dalam partikularitasnya dan tidak harus disamakan dengan bentuk seni rupa lainnya. 

BAHAN BACAAN 

Adorno, Theodor W.1997. “Culture Industry Reconsidered”. Dalam Paul Marris and Sue Tornham (eds). Media Studies: A Reader. Edinburgh: Edinburgh University Press.

Becker, Howard S.1982. Art Worlds. Los Angeles: University of California Press.

Bourdieu, Pierre.1994. “Structure, Habitus, Power: Basis for Theory of Symbolic Power”. Dalam Nicholas B. Dirk, Geoff Eley, and Sherry B. Ortner (eds). Culture/Power/History, A Reader in Contemporary Theory. Pricenton: Pricenton University Press.

Cochrane, Grace.1997. “Keeping content: craft, history, and curathorship”. Dalam Sue Rowly (eds). Craft and contemporary theory. New South Wales: Allen & Unwin. 

Gans, Herbert J.1974. Populer Culture and High Culture.New York: Basic Books.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun