Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Secret Royal Inspector", Kreativitas Drakor Menggarap Masalah Korupsi

9 Desember 2021   08:19 Diperbarui: 11 Desember 2021   00:52 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Secret Royal Inspector. | Dokumentasi TVN via MyDramaList

Meskipun tidak setiap saat menonton drama korea (drakor), saya termasuk penggemar yang senang menonton di waktu senggang. Genre sejarah kerajaan saya pilih karena lebih menarik, khususnya terkait bagaimana intrik politik kerajaan, perjuangan tokoh dari kelas sosial rendah, dan budaya lokal direpresentasikan secara apik.

Meskipun berlatar kerajaan Joseon, terdapat drakor yang secara serius menggarap isu korupsi, yakni Secret Royal Inspector. Drama yang diputar selama 16 episode ini mengisahkan perjalanan seorang inspektur yang diberikan tugas khusus oleh raja guna mengusut tuntas kasus-kasus korupsi dan penyelewengan kekuasaan lain yang tidak bisa ditangani oleh aparat keamanan.

Apakah di masa lalu Joseon sudah terdapat kasus korupsi? Yang namanya penyelewengan pasti pernah terjadi, tidak peduli zaman kerajaan ataupun masa kini. Namun, latar kerajaan dipilih untuk mengemas secara menarik kasus korupsi yang berlangsung di masa kini.

Bagaimanapun juga, para kreator drakor adalah manusia-manusia kreatif di masa kini yang menyaksikan banyaknya kasus korupsi di Korea Selatan (Korsel). Tidak tanggung-tanggung, kasus korupsi di Korsel melibatkan para elit negeri, seperti presiden. Sekecil apapun yang namanya kasus korupsi tentu saja merugikan masyarakat.

Sungguh ironis, di negeri yang tumbuh pesat dalam sektor industri dan jasa tersebut, menurut BBC, lima dari tujuh mantan presidennya terjerat kasus korupsi (BBC).

Mantan presiden Chun Doo-Hwan (1980-1988) diadili karena kasus suap dan beberapa tindakan kudeta militer. Karena kasusnya, ia dijatuhi hukuma seumur hidup, meskipun kemudian diberi pengampunan.

Mantan presiden Roh Tae-Woo (1988-1993) tersandung kasus menerima Rp. 4,1 triliun dari 30 konglomerat. Mantan presiden Roh Moo-hyun (2003-2008) diselidiki atas dugaan menerima suap sebesar Rp. 82,3 miliar. Kasus itu membuatnya bunuh diri pada tahun 2009.

Mantan presiden Lee Myung-bak yang berkuasa pada tahun 2008-2013 ditahan karena tuduhan suap Rp. 137 miliar. Sementara, mantan presiden Park Geun-hye (2013-2017) juga dipenjara karena kasus suap.

Masih menurut BBC, presiden Korsel memiliki kekuasaan terlalu besar, dari membuat undang-undang hingga mengangkat para pejabat penting. Godaan akibat besarnya kekuasaan tersebut menjadikan mereka tergiur untuk menerima bermaccam suap dan sogokan. 

Selain itu, terdapat tradisi membayar uang atau upeti untuk memperoleh keuntungan dalam bisnis. Dan, itu sudah berlangsung sejak era Presiden Park Chung-hee tahun 1961.

Kronisnya permasalahan korupsi di Korsel merupakan kondisi historis yang memunculkan banyak masalah di masyarakat sebagai akibat kebijakan negara yang diwarani korupsi. Kondisi itulah yang memicu keprihatinan banyak kalangan di Korsel.

Para pekerja kreatif Korsel sebagai warga negara bisa jadi terpanggil nalar kritis dan kreatifnya untuk menggarap drakor yang di satu sisi menjadi hiburan dan di sisi lain memberikan pesan penting kepada para pemirsa untuk tidak terlibat dalam praktik korupsi.

Secret Royal Inspector diproduksi pada tahun 2020 dan ditayangkan oleh KBS2. Drakor ini bercerita tentang perjalanan Sung Yi Gyeom (Kim Myung Soo), sosok pria sederhana dan tidak neko-neko. Setelah lolos ujian negara, ia ditempatkan di Departemen Administrasi dan Penelitian.

Ditemani pelayan lelaki dan seorang perempuan, ia mendapatkan tugas ke beberapa provinsi untuk menyelidiki kasus penyelewengan yang melibatkan para pejabat kerajaan, termasuk aparat penegak hukum dan elit Joseon, serta kelompok dagang.

Diwarnai kisah cinta dan konflik yang dinamis, Secret Royal Inspector menyuguhkan alur naratif yang apik, sehingga penonton tidak merasa digurui secara dogmatis. Inilah salah satu keunggulan drakor, menjadikan permasalahan serius seperti korupsi sebagai hiburan.

Poster Secret Royal Inspector & Joy. Dok. MyDramaList
Poster Secret Royal Inspector & Joy. Dok. MyDramaList
Kesuksesan Secret Royal Inspector mendorong para kreator memproduksi cerita dengan pola dan alur naratif yang mirip, Secret Royal Inspector and Joy (2021). Drakor ini juga direncanakan berlangsung 16 episode.

Bedanya, tokoh utama Ra Yi Eon, dalam perjalanan mengusut masalah-masalah suap dan praktik korupsi lain yang ternyata melibatkan elit Joseon ditemani oleh dua pelayan, seorang kekasih, dan dua perempuan lainnya.

Apa-apa yang disajikan kedua drakor beraroma komedi tersebut, tentu tidak jauh berbeda dari permasalahan korupsi yang terjadi dalam praktik pemerintahan Korsel. Melibatkan pemimpin negara dengan para kroninya yang sebagian besar adalah para pengusaha papan atas.

Sebagai hiburan drama ini sekaligus mengkonstruksi wacana kebrengsekan para pejabat kerajaan, orang-orang yang penuh kuasa. Merekalah yang menyebabkan bermacam permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. 

Maka, kalau kita perhatikan, yang menyelesaikan permasalahan ini adalah aparat kerajaan yang dianggap masih bersih dan cukup berani, meskipun pada awalnya ragu-ragu. Pilihan tersebut bisa dibaca sebagai pesan tegas para kreator kedua drama tersebut bahwa para pejabatlah yang melakukan tindakan koruptif. Dengan demikian, aparat dari kelas ataslah yang harus berani menyelesaikan. 

Para kreator tidak menempatkan rakyat jelata sebagai kekuatan untuk menyelesaikan masalah korupsi pejabat kerajaan. Ini adalah dimensi etis yang disampaikan bahwa ketika kelas elit yang menyebabkan masalah penyelewengan kekuasaan, maka aparat elit pula yang harus menyelesaikannya. Bukan berarti rakyat biasa tidak berperan. 

Baik dalam Secret Royal Inspector maupun Secret Royal Inspector and Joy, rakyat jelata direpresentasikan sebagai para budak dari tokoh utama yang membantu perjuangan untuk menyelesaikan masalah korupsi. Artinya, tetap ada kerja sama strategis antara aparat yang bersih dengan rakyat biasa untuk memberangus korupsi, kolusi, dan nepotisme. 

Dalam kehidupan nyata, para penegak hukum yang diberikan tugas khusus memberantas korupsi bisa memaksimalkan fasilitas negara untuk menjalankan aksi mereka. Dukungan publik terhadap usaha pemberantasan tersebut akan menjadi energi luar biasa untuk "menyalakan api keadilan di tengah-tengah badai korupsi".

Lebih dari itu, diproduksinya kedua drama tersebut merupakan komitmen, tanggung jawab, dan keterlibatan historis para kreator drama televisi terhadap masalah serius yang melanda bangsa mereka.

Pilihan itu sekaligus menunjukkan bahwa karya seni bukan sekadar merefleksikan keadaan nyata, tetapi ikut terlibat aktif dalam mengkonstruksi wacana dan pengetahuan kepada publik, sehingga mereka tahu bagaimana harus bersikap terhadap korupsi.

Kalau masalah korupsi dan bermacam variannya hanya disampaikan melalui buku-buku pelajaran dan bermacam mimbar akademis, tentu akan cepat menghadirkan kejenuhan karena biasanya sangat dogmatis.

Memasukkan unsur komedi ke dalam kedua drakor tersebut merupakan usaha para kreator untuk menjadikan tontonan dinamis dan asyik, tidak monoton. Harapannya, para penonton bisa menikmati sampai akhir episode.

Apa yang terpenting adalah generasi muda dan penikmat lainnya mendapatkan pesan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Korupsi adalah musuh bersama yang harus diperhatikan secara serius dan komprehensif.

Semua pihak harus berperan aktif, dari orang tua, guru, dosen, hingga para kreator yang bekerja di industri kreatif. Drama televisi dan film memiliki peran penting karena banyaknya penikmat di Korsel maupun negara-negara lain.

Asumsinya, semakin banyak warga yang menonton, semakin mudah mobilisasi kesadaran massa tentang bahaya korupsi. Di sinilah signifikansi keterlibatan kreatif drakor dalam menyebarluaskan semangat anti-korupsi.

Keberanian kreatif para kreator drakor untuk mengangkat kasus korupsi ini patut dijadikan model dalam pengembangan industri kreatif, khususnya perfilman dan pertelevisian.

Sangat disayangkan, para kreator sinetron Indonesia masih terlalu asyik dengan isu-isu percintaan dan konflik rumah tangga sampai beratus episode. Alasan klisenya adalah penonton masih menggemari topik cinta dan konflik rumah tangga.

Tentu saja alasan tersebut menjadikan kualitas hiburan di Indonesia semakin menyedihkan karena mereka hanya berurusan dengan kepentingan komersial dan mengabaikan keterlibatan kreatif dan historis terhadap masalah korupsi yang masih akut di republik ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun