Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Jalanan Mereka Berbudaya: Klub Motor sebagai Subkultur

11 November 2021   22:59 Diperbarui: 11 November 2021   23:24 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo SOG. Foto: Facebook SOG

Kelima, kalong dapat memilih tempat yang baik serta mencari makanan yang manis untuk kepentingan diri dan kelompoknya sehingga anggota SOG diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam menentukan kegiatan yang bermanfaat bagi anggota lain dan kelompok. Apa yang dilakukan SOG bisa dibaca sebagai usaha untuk menyamakan pandangan para anggota terhadap orientasi klub melalui kesamaan pemaknaan dari logo kalong. 

Atribut lain yang mampu menjadi perekat anggota klub maupun para pendukung subkultur pengendara motor adalah layanan dunia maya berupa website, Facebook, Instagram, Grup WA, dan yang lain. Masing-masing klub biasanya mempunyai website yang bisa diakses oleh para anggotanya maupun anggota klub motor lain. 

Dengan grup media sosial tersebut, para anggota klub bisa semakin mempererat ikatan kolektif sekaligus mendapatkan informasi-informasi terkait dengan agenda klub. Melalui grup media sosial para anggota juga bisa bertukar informasi dan memberikan ide-ide kreatif untuk pengembangan klub khususnya, dan subkultur klub motor pada umumnya. 

Praktik 'Ritual' Kolektif: Dari Touring, Rapat, hingga Bhakti sosial

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa para anggota klub motor secara umum berasal dari kelas menengah baru, yakni para karyawan maupun pelajar/mahasiswa. Dalam keseharian, mereka mempunyai aktivitas-aktivitas yang keseriusan dan konsentrasi tinggi, sehingga dalam waktu-waktu libur mereka membutuhkan pelepasan rekreatif berupa aktivitas yang berbeda dari ruang keseharian untuk menemukan energi baru. Di samping bersama keluarga, mereka bisa menemukan semua itu dalam klub motor. 

Aktivitas klub motor yang menyediakan medium untuk itu semua adalah touring, bepergian bersama ke sebuah wilayah baru untuk mempererat semangat kolektif sembari berekreasi, dan juga konvoi, berkendara bersama pada malam hari atau pagi hari (biasanya malam minggu dan minggu pagi) di dalam kota untuk kemudian mencari tempat untuk nongkrong dan ngobrol. Kedua praktik 'ritual' tersebut, paling tidak, menandakan bahwa dalam mengkonsumsi produk otomotif, para pengendara motor dalam klub mampu melakukan aktivitas produktif untuk menemukan makna baru, menuju keguyuban dalam identitas kolektif.

Touring sepertinya sudah menjadi agenda rutin klub motor. Biasanya, klub motor melakukan touring bersama-sama menuju sebuah lokasi (biasanya di luar kota). Adakalanya mereka mengajak anggota keluarga (bagi yang sudah berkeluarga). Dalam touring para anggota klub mengenakan pakaian seragam untuk menunjukkan identitas klub mereka. 

Meskipun mereka merefleksikan semangat dinamis, namun dalam perjalanan mereka tetap saja mematuhi peraturan-peraturan lalu-lintas dan mempraktikkan safety reading untuk menghindari kecelakaan yang bisa membahayakan keselataman mereka. Hal itu menunjukkan betapapun berbedanya subkultur klub motor dengan tradisi besar dalam masyarakat, para anggotanya tetap menghargai tata-tertib demi keselamatan diri. 

Ketika sampai dilokasi mereka segera melakukan aktivitas bernuansa rekreatif-edukatif, berupa outbond---permainan bersama yang mengandalkan kerjasama tim. Dari aktivitas outbond itulah mereka bisa memupuk kolektivitas antaranggota sekaligus menemukan energi baru ketika kembali ke dunia pekerjaan atau pendidikan.

Konvoi pada malam minggu menjadi praktik 'ritual' kolektif lain bagi para anggota klub. Konvoi ini biasanya dilakukan malam minggu selepas Isya hingga tengah malam atau minggu pagi sampai siang, tergantung kesepatakan di antara para anggota. Para anggota klub motor biasanya memilih jalan-jalan protokol kota untuk dilintasi. 

Ketika melalui jalan-jalan tersebut, sesekali mereka membunyikan klakson secara bersama-sama. Hal itu bukan untuk menunjukkan kesombongan, tetapi sekedar menandakan kehadiran mereka di tengah-tengah lalu-lintas malam atau pagi kota. Selepas melintasi jalan-jalan protokol, biasanya mereka akan memilih tempat nongkrong untuk ngobrol tentang otomotif atau persoalan-persoalan lain yang ada dalam kehidupan sehari-hari, dari soal pekerjaan hingga persoalan politik tanah air. Tempat ngobrol yang dipilih biasanya di kafe, depan mall/plaza, atau warung tenda. Dari obrolan santai itulah, suasana guyub bisa hadir ke tengah-tengah para anggota klub. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun