Saya tidak mendapatkan informasi sejak kapan pabrik ini tidak beroperasi. Bisa diasumsikan mungkin biaya operasional dan hasil yang dihasilkan tidak sebanding sehingga diputuskan untuk ditutup.Â
Atau, bisa jadi karena pengelolaan yang kurang profesional, sehingga aktivitas pabrik tidak menghasilkan keuntungan. Semua masih perlu ditelusuri. Yang pasti, segala hal yang tidak memberikan keuntungan kepada pemiliknya, pasti tidak akan dipertahankan.Â
Sayangnya, setelah pabrik itu tidak beroperasi, bangunan dan mesin-mesinnya tidak dirawat dengan baik. Ini menjadi masalah utama bagi bangsa ini.Â
Bangunan-bangunan tua yang di masa kolonial berfungsi strategis ketika di masa pascakolonial tidak berfungsi lagi serigkali dibiarkan terbengkalai.Â
Realitas ini menunjukkan betapa susahnya pihak-pihak terkait merawat warisan sejarah yang sangat dibutuhkan untuk kajian ataupun untuk mendesain kebijakan terkait perkebunan teh.Â
Untunglah, PTPN XII masih mengelola perkebunan teh Gunung Gambir dengan baik untuk kegiatan pariwisata dan kepentingan produksi daun teh yang dikirim ke pabrik lain.Â
Keputusan untuk menjadikan kebun teh sebagai objek wisata memang tepat karena ini satu-satunya yang ada di Jember dan akses jalannya relatif mudah. Warga masyarakat Jember atau dari wilayah lain bisa menikmati keindahan perkebunan teh dengan udara yang cukup segar.Â
Beberapa bangunan di dekat pabrik difungsikan sebagai penginapan untuk tamu yang ingin menikmati malam di kawasan perkebunan. Sayangnya, perawatan untuk bekas pabrik tidak dilakukan dengan baik.Â