Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dahsyatnya Gotong Royong dalam Lembayung di Sepikul

28 Februari 2020   00:44 Diperbarui: 28 Februari 2020   00:59 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan di rumah Kades Misjo | dokpri

Setelah sekian lama Bupati berhalangan hadir dalam acara DeKaJe, dalam Lembayung di Sepikul ia berkenan hadir di tengah-tengah rakyatnya. Yang lebih membahagiakan bagi Ketua DeKaJe adalah bahwa semua kebutuhan acara dipenuhi dengan gotong-royong. Padahal kalau dikalkulasi tentu uang puluhan juta habis untuk menyelenggarakan acara ini. Kenyataan ini membuat raut mukanya menyiratkan rasa plong ketika mendampingi Bupati menyalami warga yang berebut salaman di depan panggung.

Lagu Indonesia Raya pun mengalun tidak lama kemudian. Sebagai ekspresi nasionalisme, semua undangan, seniman, dan rakyat berdiri menyanyikannya. Suasana Sepikul pun terasa diselimuti heroisme yang bergemuruh di dada warga desa bersama para pemimpin mereka. Para seniman pun larut dalam lirik demi lirik lagu yang menyemangati perjuangan mereka dalam pemajuan kebudayaan. 

Dengan sederhana, semua yang hadir dalam acara ini memberikan teladan sederhana bahwa membicarakan nasionalisme tidak harus berbusa-busa dalam mimbar kampanye ataupun mimbar seminar. Cukup dilakoni dalam gairah kultural yang menyentuh aspek-aspek ekologis dengan mengedepankan gotong-royong sebagai saripati Pancasila. 

Lenggang Sepikul | dokpri
Lenggang Sepikul | dokpri
Sebagai ungkapan kebahagiaan, para penari dari Sanggar Sotalisa Jember mempersembahkan Lenggang Sepikul. Tari ini menggambarkan kebahagiaan warga Pakusari ketika bekerja dan menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka selalu bersyukur atas nikmat Tuhan berupa kesuburan tanah dan kesehatan. Inilah gambaran sederhana warga desa yang berusaha untuk menjalani kehidupan tanpa mengabaikan dinamika budaya yang berkembang. Meskipun mereka sudah biasa menikmati modernitas, solidaritas komunal masih dijaga. Demikian pula kecintaan terhadap warisan leluhur yang masih berkembang hingga saat ini.

Merangkai Harapan dengan Gotong-royong

Keragaman tampilan tersebut menegaskan bahwa gotong-royong yang dijalani dengan gembira dan penuh dedikasi bisa menjadi kekuatan dahsyat untuk menyukseskan impian dan keinginan untuk mengembangkan destinasi wisata berbasis keindahan alam, perbaikan lingkungan, kehidupan komunitas, dan keragaman budaya. 

Untuk itu, Ketua DeKaJe menegaskan bahwa gotong-royong yang saat ini menjadi tema Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam memajukan kebudayaan perlu diimplementasikan dalam banyak kegiatan budaya dan wisata yang melibatkan Pemdes dan rakyat. Merekalah sejatinya fondasi pemajuan kebudayaan. Kalau budayanya maju, aspek wisata mudah dikembangkan. Dia juga mengharapkan Pemkab Jember di bawah kepemimpinan Bupati Faida bisa mendukung kegiatan-kegiatan DeKaJe bersama pemerintah desa dan rakyat.

Sambutan Bupati Jember | dokpri
Sambutan Bupati Jember | dokpri
dr. Faida, M.MR, mengapresiasi event besar yang berasal dari kerjasama DeKaJe dan pemerintah desa. Model kerjasama berbasis kemandirian inilah yang seharusnya ditiru oleh desa-desa lain di Jember. Selain itu, Bupati juga memuji keberhasilan DeKaJe dalam mendesain acara di Sepikul.

Hal itu menegaskan bahwa pengurus dan seniman yang bergabung di DeKaJe mampu memaksimalkan imajinasi dan kreativitas karena tidak dikotori oleh kepentingan individual. Ke depan Bupati berharap agar agenda ini terus dilanjutkan dalam bentuk yang lebih baik. Sebagai wujud syukur, Bupati membagikan gunungan yang terdiri dari buah dan sayur. Pemberian buah dan sayur tersebut melambangkan kerelaan pemimpin untuk hadir di tengah-tengah rakyatnya.

Tentu saja, program Lembayung di Sepikul tidak boleh berhenti hanya setelah tahun pertama. Banyak hal yang masih bisa dilakukan oleh DeKaJe, pemerintah desa, dan warga. Penguatan budaya komunitas Madura di Pakusari perlu segera dilakukan, tanpa mengabaikan  keberadaan etnis lain. 

Penanaman pohon bisa dijadikan event wisata yang mengajak para wisatawan memiliki kesadaran ekologis dengan riang gembira. Keragaman kesenian dan ritual bisa dikembangkan dan dipoles sehingga bisa menjadi semacam bentu mediasi antara kepentingan ekologis dan komunitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun