Sabtu pagi, 22 Pebruari, jam 09.00 WIB, beberapa mahasiswa yang bergabung dalam Komunitas Serat Kayu, mendaki Bukit Sepikul, di Desa Pakusari, 15 menit ke arah timur dari Kota Jember. Dengan riang gembira mereka menuju bagian atas bukit untuk menemukan lokasi yang sesuai guna melakukan painting on the spot. Setelah menemukan lokasi yang cocok, mereka segera mengeluarkan peralatan untuk melukis.Â
Mereka menikmati sensasi indahnya pemandangan persawahan dan pegunungan Jember dari Sepikul untuk mengalirkan energi kreatif dalam wujud lukisan bermacam objek dan tema.Â
Painting on the spot merupakan bagian dari hajatan LEMBAYUNG DI SEPIKUL hasil kerjasama Dewan Kesenian Jember (DeKaJe) dan Pemerintah Desa (Pemdes) Pakusari. Hajatan tersebut terdiri dari beragam event, seperti penanaman bibit pohon, painting on the spot, penanaman pohon, dan pergelaran seni.
Adapun tujuan utama dari LEMBAYUNG DI SEPIKUL adalah untuk merintis destinasi wisata minat khusus berbasis eko-kultural. Keindahan pemandangan alam dan lahan pertanian di kawasan Sepikul merupakan sebuah potensi yang bisa dimanfaatkan untuk menarik kehadiran wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.Â
Kombinasi keindahan alam dan atraksi seni serta keramahan komunitas Madura merupakan kekuatan utama yang bisa mendorong wisatawan untuk datang. Apalagi kesenian Jember cukup beragam, baik yang berasal dari etnis Madura seperti ludruk, can-macanan kaduk, ta'-buta'an, dan sound mini maupun yang berasal dari etnis Jawa seperti reyog Ponorogo dan jaranan. Selain itu, kesenian Using seperti gandrung dan janger juga cukup digemari masayarakat. Untuk itulah event ini menghadirkan bermacam kesenian yang merepresentasikan keragaman budaya Jemberan.
Para anggota sound mini dengan penuh gembira menari mengikuti iringan musik. Di panggung pertunjukan yang terletak di bawah bukit Sepikul masing-masing komunitas diberikan kesempatan untuk unjuk kebolehan. Mereka mengirim pesan bahwa kreativitas sound mini tidak seharusnya dipandang negatif.Â
Kehadiran sound mini juga menegaskan repsons kreatif masyarakat Madura di kawasan perdesaan Jember terhadap booming musik industrial yang populer dalam bentuk diskotik. Mereka tidak membawa trend musik tersebut ke dalam kehidupan perdesaan dengan menari di jalan ataupun di tanah lapang untuk memberikan hiburan kepada warga.
Kombinasi seni rakyat dan seni modern ini menegaskan bahwa proses berkebudayaan berwarna hibrid bisa menjadi suguhan yang menarik lebih dari 2000 penonton di depan panggung terbuka. Kerjasama kreatif ini tentu bisa disajikan dalam gelaran-gelaran lain yang cakupannya lebih luas.Â
Kehadiran Bupati langsung disambut tari LENGGANG SEPIKUL, persembahan Sanggar Sotalisa yang menceritakan kegembiraan warga di Kawasan bukit ini dalam bekerja dan menjaga alam. Bupati dan warga pun memberikan aplaus atas penampilan itu. Komunitas Madura Jember di Pakusari memang memiliki budaya kerja dengan etos tinggi. Selain bekerja di ranah pertanian, mereka juga bekerja di pergudangan tembakau.
Program ini juga mendukung keinginan Bupati mewujudkan "Jember Kota Wisata Berbudaya". Besar harapan hajatan ini bisa menjadi event tahunan agar memberikan manfaat kepada warga dan keberlanjutan ekologis.Â
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kegiatan seperti ini hanya lahir dari para seniman dan penggiat budaya yang benar-benar tanpa pamrih dan bernalar tinggi karena mendesain acara di Sepikul bukanlah pekerjaan mudah. Selain bisa merintis tumbuhnya aktivitas pariwisata, hajatan ini juga bisa memberikan sajian bermutu bagi anak-anak, kaum muda, dan warga desa lainnya. Bupati pun berjanji untuk membantu penerangan jalan menuju Sepikul yang memang masih gelap. Tentu saja, keberadaan penerangan jalan akan mendukung pengembangan kawasan Sepikul, khususnya untuk gelaran-gelaran di malam hari.
Selesai sambutan, Bupati memberikan bermacam buah dan sayur di gunungan kepada Rakyat. Mereka cukup antusias hingga tidak sampai 5 menit gunungan pun ludes. Gunungan ini merupakan simbol keharmonisan manusia dan alam yang sudah memberikan banyak kebaikan kepada manusia. Pembagian buah dan sayur gunungan oleh bupati kepada Rakyat menunjukkan kedekatan pemerintah dan warganya. Mereka harus mau melayani Rakyat sebagai pemegang kekuasaan yang sebenarnya.Â
Event pertunjukan sebenarnya masih menyisakan beberapa gelaran. Tapi karena hujan deras, maka oleh panitia dihentikan demi keamanan. Para seniman pun bisa memahami. Menurut mereka yang terpenting adalah Bupati bisa mengerti harapan para seniman untuk pemajuan kebudayaan. Setidaknya, keinginan bersama warga, pemerintah desa, dan para seniman untuk memiliki agenda tahunan bisa didukung oleh Bupati. Kehadiran dr. Faida, M.MR. setidaknya menjadi bentuk penghargaan sekaligus dukungan atas usaha gotong-royong meretas jalan bagi terciptanya destinasi wisata eko-kultural di Jember.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI