(Sumber : Dokumentasi Pribadi)Â
Mobile Network atau Jaringan Seluler adalah jaringan komunikasi yang menghubungkan antar pengguna secara nirkabel menggunakan gelombang radio. Jaringan ini didistribusikan di area daratan dengan setidaknya satu transceiver tetap yang berperan sebagai stasiun.Â
Jaringan Seluler ini memiliki kemampuan untuk menghubungkan banyak pengguna sekaligus sehingga kita dapat terhubung dengan orang di berbagai wilayah.Â
Dalam perkembangannya, teknologi Jaringan Seluler telah melewati beberapa kali pengembangan teknologi yang cukup signifikan dampaknya. Pengembangan teknologi ini bisa dari sisi kecepatan, jangkauan, dan berbagai hal yang makin canggih.
Melansir datareportal, terdapat 345,3 juta koneksi seluler di Indonesia pada Januari 2021. Jumlah pengguna jaringan seluler ini mengalami peningkatan hingga 4 juta pengguna dalam satu tahun, atau kurang lebih 1,2% dalam periode Januari 2020 dan Januari 2021.
Indonesia memiliki struktur Telekomunikasi yang cukup kuat untuk layanan telepon selulernya terutama di kota-kota besar. Dahulu, orang menggunakan telepon seluler untuk mengirim pesan teks/ SMS dan menelepon saja. Berkat perkembangan teknologi jaringan yang kini memasuki generasi kelima (5G), orang-orang dapat menggunakan Telepon Seluler untuk berbagai aktivitas sehari-hari.
Sejarah Telekomunikasi di Indonesia bermula saat Telegraf diperkenalkan tanggal 23 Oktober 1855 oleh pemerintah Hindia Belanda, yaitu berupa Telegraf Elektromagnet yang menghubungkan Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor). Dua tahun kemudian dibuka saluran Jakarta-Surabaya dengan cabang Semarang-Ambarawa.
Sejak itu jasa Telegraf dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Dua tahun kemudian panjang saluran Telegraf berkembang terus sehingga mencapai 2.700 kilometer, dilayani oleh 28 kantor Telegraf. Di sepanjang rel kereta api didirikan tiang-tiang Telegraf. Sementara itu kabel laut telah terpasang antara Jakarta dan Singapura, selanjutnya dari Jawa (Banyuwangi) ke Australia (Darwin).
Menurut penuturan R. Samdjoen yang mulai memasuki dinas PTT tahun 1929 dan pernah menjadi Direktur Jenderal PTT. Teknisi Telekomunikasi didatangkan dari Belanda dan hanya terdapat seorang teknisi radio pribumi, yaitu Soedirdjo yang ikut membangun stasiun radio penerima Malabar tahun 1920, stasiun radio tertua di Indonesia dan terbesar di belahan bumi selatan.
Prioritas pemakaian jasa telepon waktu itu diberikan kepada pejabai-pejabat pemerintah dan pengusaha. Para bupati dan wedana di Pulau Jawa memiliki pesawat telepon. pembiayaannya ditanggung pemerintah. Adapun pesawat telepon yang digunakan ialah jenis telepon baterai lokal, jarak jangkauannya terbatas.
Tahun 1993, industri GSM (Global System for Mobile Communication) mulai berkembang di Indonesia, ditandai dengan proyek percontohan seluler digital PT Telkom di pulau Batam dan Bintan.
Seiring dengan makin maraknya operator GSM beroperasi di Indonesia, mulai dari PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) sebagai operator GSM pertama di Indonesia yang menggunakan SIM Card (1994), disusul oleh Telkomsel yang didirikan oleh Telkom (1995), dan PT Excelcomindo Pratama (1996).
Tahun 2000, layanan SMS (Short Message Service) mulai marak dan Nokia menjadi brand yang sangat populer. Tahun 2002, penyedia jaringan Telekomunikasi Ericsson dan Alcatel mulai masuk ke Indonesia.
Tahun 2003, era CDMA dimulai dengan hadirnya Esia dan Flexi milik Telkom. Kehadiran CDMA diakui cukup berdampak pada jumlah pengguna seluler meningkat tajam karena makin murahnya tarif layanan dan handset.
Tahun 2006 Hutchinson masuk ke Indonesia dengan merek 3, disusul Axis tahun 2008. Perkembangan Telekomunikasi pun makin pesat di era ini dengan hadirnya berbagai merek Smartphone yang memudahkan akses internet dari telepon.Â
Dan sampai akhir tahun 2011, menurut data ATSI (Asosiasi Telepon Seluler Indonesia), pengguna layanan seluler Indonesia telah mencapai 240 juta lebih.
Revolusi digital pun berkembang pada era jaringan 4G. Lahirnya banyak start up berbasis teknologi digital bermunculan tak terbendung. Masing-masing berlomba-lomba untuk me-digital-kan semua aspek kehidupan. Kemampuan teknologi digital dianggap menjadi salah satu solusi yang dianggap praktis dan modern.
Hingga kini era 4G masih menjadi peran penting, khususnya di Indonesia yang baru saja mengeluarkan jaringan 5G. Jaringan 4G menciptakan lahirnya generasi manusia dengan industri konten kreatif yang sangat masif dan terbendung.Â
Telekomunikasi memang memiliki banyak dampak negatif dalam perkembangannya. Dari yang berdampak pada individual hingga berdampak besar seperti berubahnya kebudayaan suatu negara. Namun, tidak dapat dimungkiri, Telekomunikasi telah membantu aktivitas manusia dalam berbagai hal. Apalagi pada revolusi industri 4.0, di mana ekonomi digital akan berkembang pesat dengan serba digitalisasi dan otomatis. Tentu saja dengan adanya Telekomunikasi dan teknologi yang terus berkembang, memudahkan kita dalam bersaing, memasarkan, mencari dan mengumpulkan informasi, hingga memulai peluang dengan mudah.Â
(Deka Genta Dwiputra, mahasiswa S1 Teknik Telekomunikasi IT Telkom Purwokerto).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H