Mohon tunggu...
Zaviera Taries
Zaviera Taries Mohon Tunggu... -

"Bismillah"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Biarkan Dia (Yang Lain) Pergi (Lagi)

7 November 2011   10:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:58 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jam 10.00 WIB aku sangat merasa gelisah.

Pulang… pulang… aku ingin cepat pulang. Keinginan itu terus berkecamuk dalam benakku.

Sudah sedari tadi pagi pada penutupan MOS disekolah baruku, SMK Nusa Bangsa perasaanku tak nyaman. Aku ingin pilang, aku ingin segera pulang. Entah apa yang terjadi, aku tak tau, yang aku tau saat itu aku hanya ingin pulang.

“Li, kapan ya acaranya selesai??” Tanyaku pada Lia sahabatku.

“Nggak tau Din..” Jawabnya santai.

“”Emang kenapa Din??” Tanya Ana sahabatku yang lain.

“Oh, nggak pa-pa.. Cuma nanya” ucapku bohong.

Aku tak dapat menikmati keceriaan hari itu. Aku begitu galau. Aku ingin pilang… Jeritku dalam hati.

Satu jampun berlalu. Aku dan ketiga sahabatku Lia, Ana, dan Tina memutuskan untuk pulang.

Jam 11.30 aku sampai dirumah. Aku berjalan setengah berlari setelah turun dari Bus yang kami tumpangi. Lia dan Tina mengikuti dari belakang, sedangkan Ana masih didalam bus karena rumah kami berbeda.

“Dinda, adik kamu perempuan!!!” Ucap seorang tetangga padaku.

Aku seketika menghentikan langkah, terdiam membisu. Akupun sadar dari kediamanku. Aku sangat senang dan berlari menuju rumah yang tinggal beberapa meter lagi.

“Adikmu perempuan nduk (panggilan untuk anak perempuan. Jawa)

“Tapi ibu dan adikmu masih diRumah sakit” Ucap tetangga yang lain.

Keceriaanku serasa berkurang karena berita itu. Mataku semakin berkaca karena akhirnya aku memiliki seorang adik yang selama ini aku inginkan. Tapi mengapa belum pulang, apa terjadi sesuatu ya sama ibu dan adikku?? Pikirku.

“Aku takut kalau kejadian itu terulang kembali. Aku tak ingin mengulanginya lagi..” Ucapku liring dalam hati

“Dinda, selamat ya…” ucap Lia sahabatku

“Iya, selamat ya Din. Akhirnya adikmu dilahirkan juga” Timpal Tina.

Aku hanya tersenyum mendengar ucapan kedua temanku itu.

*_*

Hari demi haripun berlalu. Aku sedih saat mendapat kabar kalau adikku keadaanya kritis.

Memang aku tak ada disana saat itu. Namun beberapa hari kemudian aku kesana dan apa yang aku lihat?? Aku melihat begitu banyak luka ditangan dan kaki adikku kerena bekas jarum suntik yang digunakan dokter untuk mengambil darah adikku. Tangan dan kakinya lebab, biru-biru dan adikku terlihat kurus, walaupun memang dari lahir sudah kurus, tetapi kali ini begitu terlihat kurus. Aku tak kuasa menahan air mata yang sudah sedari awal ingin tumpah membasahi pipi.

Aku membuka buku harianku.

Dear Aisyah

Adikku sayang Aisyah…

Adik harus kuat…

Adik haruis bertahan…

Adik harus sehat…

Adik nggak boleh lemah…

Adik nggak boleh meneyerah…

Kakak nggak mau kehilangan adik…

Kakak ingin adik tetap hidup…

Kakak ingin melihat senyum adik…

Kakak sayang banget sama adik…

Adik harus bisa bertahan…

Kakak selalu mendoakan adik supaya kuat…

Kakak selalu menunggu adik…

Kuat ya dik…

Kakak mohon…

“Aisyah Larasati”

Air mataku kembali berlinang. Fikiran burukpun menguasai benakku.

Aku takut… Aku takut kehilangan dia… Dia yang ku idam-idamkan selama ini.

Bertahun-tahun aku berdoa, bertahun-tahun aku meminta setelah kejadian itu. Aku berharap memiliki seorang adik. Adik yang dapat bertahan hingga dewasa, adik yang tak hanya 26 atau 7 hari saja aku miliki.

Yah, sebelumnya aku memang memiliki adik di usiaku 8tahun. Namun itu hanya bertahan 26 hari saja. Adikku kembali pada-Nya.

Dan ketika usiaku menginjak angka 11, aku kembali memiliki adik. Namun sama seperti yang lalu. Diusianya yang menginjak angka 7 hari, dia kembali di ambil oleh-Nya.

Hingga kini usiaku menginjak angka 15 tahun aku memiliki adik baru. Aku berharap Tuhan tak mengambilnya kembali.

“Ya Allah… ijinkan hamba memiliki seorang adik. Hamba sangat mendambakannya. Hamba harap Engkau tak mengambilnya kembali Ya Robb.. Hamba Mohon…”

Pintaku dengan berlinang air mata.    Hari demi hari pun terus berlalu. Aku terus memohon kepada-Nya untuk keselamatan adikku tercinta.

Akhirnya seluruh do`a dan pintaku dikabulkan. Aisyah adikku kini telah sehat dan diperbolehkan untuk pulang.

Aku sangat senang. "Terima Kasih Ya Robb.. Kau telah mengabulkan segala pintaku" Puji syukur selalu kupanjatkan pada-Nya disetip sujudku.

*_* TAMAT *_*

29 Oktober 2011

NB : Jangan pernah berhenti berharap dan memohon padanya karena Dia selalu mengabulkan segala harap dan pintamu walau tak secepat yang kamu harapkan.

Tuhan selalu mendengar Doa kita Jika kita mau Bersabar dan terus Berdo`a :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun