Aku seketika menghentikan langkah, terdiam membisu. Akupun sadar dari kediamanku. Aku sangat senang dan berlari menuju rumah yang tinggal beberapa meter lagi.
“Adikmu perempuan nduk (panggilan untuk anak perempuan. Jawa)
“Tapi ibu dan adikmu masih diRumah sakit” Ucap tetangga yang lain.
Keceriaanku serasa berkurang karena berita itu. Mataku semakin berkaca karena akhirnya aku memiliki seorang adik yang selama ini aku inginkan. Tapi mengapa belum pulang, apa terjadi sesuatu ya sama ibu dan adikku?? Pikirku.
“Aku takut kalau kejadian itu terulang kembali. Aku tak ingin mengulanginya lagi..” Ucapku liring dalam hati
“Dinda, selamat ya…” ucap Lia sahabatku
“Iya, selamat ya Din. Akhirnya adikmu dilahirkan juga” Timpal Tina.
Aku hanya tersenyum mendengar ucapan kedua temanku itu.
*_*
Hari demi haripun berlalu. Aku sedih saat mendapat kabar kalau adikku keadaanya kritis.
Memang aku tak ada disana saat itu. Namun beberapa hari kemudian aku kesana dan apa yang aku lihat?? Aku melihat begitu banyak luka ditangan dan kaki adikku kerena bekas jarum suntik yang digunakan dokter untuk mengambil darah adikku. Tangan dan kakinya lebab, biru-biru dan adikku terlihat kurus, walaupun memang dari lahir sudah kurus, tetapi kali ini begitu terlihat kurus. Aku tak kuasa menahan air mata yang sudah sedari awal ingin tumpah membasahi pipi.