Mohon tunggu...
dehl
dehl Mohon Tunggu... Freelancer - broken pieces in paper and paint

Semoga hari-harimu bisa terobati lewat kata-kata yang kau tuliskan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjemput Ajal Sendiri, Bolehkah?

5 Januari 2021   04:46 Diperbarui: 5 Januari 2021   04:51 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kemaren sengaja kupacu motor yang aku naiki dengan kencang, aku berharap tiba-tiba ada yang menabrakku, lalu meninggal. 

Kadang-kadang juga terlintas dipikiran, ah kenapa tidak aku saja yang terkena corona itu, sekarat lalu meninggal. 

Atau mengurung diri dikamar dan menenggak sebotol racun lalu meninggal. 

Tidak, tidak matinya kurang elegan. 

Bagaimana dengan pilihan gantung diri, hei apa kau punya cukup tali? 

Ah....matinya terlalu kuno.

Jangan, loncat tebing saja, kau hanya perlu pura-pura berwisata sambil melihat-lihat pemandangan sekitar, lalu gelincirkan kakimu dan bawa seluruh tubuhmu mengikuti jurang yang curam, dan meninggal di lembah bersama kenangan. 

Ah andai saja,

Pikiran-pikiran lemah mental, merasuki. 

Ahh...andai saja manusia bisa menjemput ajalnya sendiri. 

Hanya saja sampai hari ini aku masih bernyawa.

Meskipun sebelum tidur malam tadi aku berharap tidak pernah bangun lagi.

Hidup dalam kepatahan membuat semuanya berantakan. 

Segala keinginan-keinginan mati duluan, 

semangat meninggalkan dunia lebih besar dari pada bertahan bersama seluruh kenangan dan kepatahan.

O dunia, dunia, dunia,

dunia dan segala isinya yang luar biasa.

Apakah jika aku meninggal, segala sakit akan hilang, apakah segala duka akan habis, apakah segala orang yang meninggal tidak akan merasakan patah hati.

Ingin pergi dari atas dunia ini,

tapi tanpa memilih ajal sendiri, sebab terlalu enggan mendahului Kehendak Tuhan.

Andai saja, manusia bisa memilih kapan harus mati.

Andai saja boleh menjemput ajal sendiri.

Hanya saja sampai hari ini aku masih bernyawa. 

Masih hidup tapi terasa mati.

Tuhan. 

Hanya saja. 

Aku,....

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun