Akhir-akhir ini suhu di bumi semakin tidak bersahabat rasanya.
Maksudmu ? kau kepanasan?Â
Tidak, tidak, malah aku sedang kedinginan, dan menikmati secangkir kopi penghangat badan.
Um...lalu bagaimana, bagaimana, bisa diperjelas lagi?Â
Begini, sekarang di bumi tempat jutaan ummat manusia hidup suasananya terasa sesak.Â
Begitu bising disana-sini. Semua orang terlihat berlomba-lomba mencapai kesuksesan.
Hmm...bagus dong, itu artinya semua orang berkeinginan merubah hidup yang lebih baik.Â
Iya bagus, bagus memang.Â
Tapi....demi keinginan-keinginan mencapai kesuksesan tersebut banyak yang sudah salah jalan.Â
Maksudmu, mereka salah alamat?Â
o...bukan bukan begitu maksudku.Â
Coba kau lihat betapa banyak yang ingin sukses tapi dengan cara yang tidak benar, kadang bahkan sampai merampas hak orang lain.
Atau bahkan dengan menyakiti orang lain.Â
Jadi?Â
Ya...aku hanya saja tidak tega ketika melihat sebagian orang tertindas di atas kesenangan sebagian orang lainnya.
Tapi, aku tidak punya kemampuan merubahnya menjadi lebih baik.Â
Aku hanya menyimpannya di hati dan tak jarang juga memikirkannya di malam-malam menjelang waktu tidur tiba.Â
Kau tahu, di sekitar ku...orang-orang memandang mulia manusia dari harta, tahta dan rupa.Â
Maksudmu? haha....itu konyol sekali.Â
Ya...memang kenyataannya begitu. Tatanan masyarakat sudah berubah, rasa saling menghargai sudah mulai berkurang,Â
terkecuali bagi yang memiliki jabatan atau harta yang menjulang, orang-orang tipe ini dimuliakan.Â
Seseorang akan dipandang hebat dan sukses apabila memiliki pekerjaan yang jelas atau dengan gaji yang mumpuni.Â
Bahkan ada yang menjadi syarat wajib dimasyarakat, misalnya saja mencari menantu harus seorang yang sudah ASN atau minimal
pekerja kantoran.Â
Haha....kau semakin konyol. Aturan macam apa pula itu?
Ya begitu adanya, seolah nilai manusia tidak ada apa-apanya jika tidak punya jabatan, pekerjaan yang mentereng.
Atau kau anak gedongan, kau akan dimuliakan, bisa saja dipertuan.Â
Haha...konyol sekali.Â
Ya...memang konyol, tapi itulah keadaannya, yang fana jadi tuan.Â
Manusia yang papa diremehkan, yang kaya dan berjabatan dimuliakan.Â
Jadi bagaimana?Â
Apakah kau masih ingin datang keduniaku?Â
O...tidak, tidak, mendengarnya saja aku sudah tidak sanggup.Â
Untukku yang hatinya lemah seperti ini tidak akan kuat menghadapinya.Â
O...biarlah aku hanya dalam mimpimu saja, teman berceritamu dan mengungkapkanÂ
segala asa.Â
Agar kau tidak terlalu banyak berduka karenanya.Â
Dan pesanku, kau janganlah berubah menjadi hamba yang diperbudak oleh yang fana kelak.
Sukses atau tidak kau diatas dunia dan dalam hidup ini, tetaplah sama, tetaplah ada, tetaplah ajak aku bercerita dan jadi teman
pelipur lara.Â
Meskipun aku tidak bisa merubah keadaan, setidaknya aku bisa menjadi teman dan pendengarmu disetiap perjalanan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI