e. Penuh kerendahan hati, ketika Yusuf dipanggil untuk menafsirkan mimpi Firaun, dia bias saja merebut pujian dari raja untuk dirinya sendiri, justru sebaliknya dia memberikan segala kepada Tuhan (kejadian 41 : 16). Pelajarannya adalah Yusuf tahu Tuhan lah yang mengerjakan segala hal dalam kehidupannya sehingga yang patut di puji dalam hal ini adalah Tuhan
f. Penuh belas kasihan, Yusuf berhak membalas dendam atas pelakuan saudar-saudaranya, potifar dan penjaga penjara di masa lalu. Tetapi ia memilih untuk memberkati mereka (matius 5:44). Pelajarannya adalah harus mampu melepaskan rasa dendam akan membantu kita melewati pencobaan hidup
C. Landasan Ekonomi
Firaun sangat terkesan atas penjelasan Yusuf yang juga menerangkan pentingnya arti pemimbunan bahan pangan selama masa subur untuk menghadapi masa paceklik. Kemudian diangangkatlah Yusuf untuk menempati suatu posisi dalam kaitannya menghadapi krisis mendatang. Yusuf diberi kekuasaan dan dukungan finansial yang besar untuk membangun gudang-gudang pangan. Selama masa subur, nabi Yusuf membangun gudang-gudang pangan dan mengisinya dengan gandum yang dibelinya dari petani.
Nabi Yusuf sangat sukses di dalam spekulasi ini. Dikatakan spekulasi karena sumber informasi ini berasal dari Fir’aun bukan dari ilham yang diberikan kepada nabi Yusuf secara langsung. Mimpi Fir’aun ini bisa saja bunga tidur. Secara empiris, arti mimpi Firaun akan sangat beresiko terhadap kegagalan. Banyak faktor yang bisa dikategorikan sebagai resiko dan andaikata nabi Yusuf gagal maka Yusuf akan berhadapan dengan 70 juta ton gandum yang membusuk, itu resiko. Salah-salah lehernya bisa dipenggal Fir’aun, kalau mengalami kegagalan.
Tindakan nabi Yusuf tidak didasari oleh keinginan untuk melakukan derma atau “charity”. Sebab pangan yang ditimbunnya tidak dibagikan secara gratis melainkan dijual. Hal ini dinyatakan di dalam Perjanjian Lama (Kej 42), yang mencritakan tentang saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir untuk memperoleh bahan makanan.
Kepemimpinnan Yusuf jika dikaji dalam dunia ekonomi tidak terlepas dari kebijakan fiskal, walaupun dalam kenegaraan ada dua kebijakan, yang di mana ada kebijakan moneter juga. Namun pada masa Yusuf belum ada perbankan. Berkaitan dengan kebijakan fiskal. Peningkatan atau penurunan pajak dan tingkat pengeluaran mempengaruhi inflasi, lapangan pekerjaan dan aliran uang melalui system ekonomi suatu negara (Keynes) yaitu kebijakan yang di ambil oleh pemerintah yaitu mengenai pajak dan segala urusan pendapatan negara,, yang tujuannya adalah kestabilan ekonomi negara, dari kebijakan ini akan berdampak pada perekonomian jangka panjang.
Sama halnya dengan Yusuf dalam mengatasi masa kelaparan dalam jangka waktu yang panjang (Kejadian 41 54-55). Kebijakan ini merupakan kebijakan yang di rencanakan suatu negara untuk mengelola serta mengarahkan perekonomian serta kondisi yang lebih kondusif. Cara yang di tonjolkan dari kebijkan ekonomi ini adalah dengan mengubah maupun memperbaharui pengelolaan pendapatan dan pengeluaran negara.
Inti dari kebijakan fiskal adalah sebagai upaya pengelolaan dana yang diterima dari pajak untuk memenuhi keperluan masyarakat dalam skala yang lebih luas, tapi masanya kepemimpinan Yusuf tidak hanya berupa pajak, namun berupa pengumpulan kekayaan berupa hasil-hasil pertanian selama tujuh tahun, jika dikaitakn dengan dunia ekonomi maka itu merupakan penimbun kekayaan, dengan beberapa tujuannya adalah sbb: 1). Menstabilkan perekonomian negara, 2). Pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil, 3). Mengurangi jumlah pengangguran, 3). Menekan pengeluaran negara.
Dalam kajian Alkitabiah/Theologi, Sosiologi, dan Ekonomi dapat meyakinkan kita bahwa Yusuf-lah yang tepat secara besik keilmuan. lebih daripada itu, jiwa kepemimpinan dan kesuksesannya yang patut diteladani dalam ber-GMKI. Lebih dari ruang kemahasiswaan, dapat pula di teladani dalam dunia kerja berdasarkan besik keilmuan Ekonomi maupun Kepemerintahan.