Mohon tunggu...
defrin jordi
defrin jordi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - perjuangan memerlukan perngorbanan

Semoga bermanfaat untuk menambah pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Upaya Reboisasi sebagai Kawasan Ekowisata Taman Wisata Alam Angek Kapuk

16 Oktober 2022   14:58 Diperbarui: 16 Oktober 2022   15:10 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. PENDAHALUAN 

Perubahan Iklim merupakan permasalahan global yang banyak di perbincangkan saat ini, penanganan perubahan iklim sendiri terlah tercantum dalam dokemen Tujuan Pembangunan Berkalanjutan (SDGs) sehingga diharapkan dapat diimplementasikan oleh negara-negara yang tergabung dalam angota perserikatan bangsa-bangsa. Perubahan iklim berdasarkan undang undang nomor 31 tahun 2009 menjelaskan bahwa perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung, oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmofer secara global serta perubahan variabilitas iklim alamia yang teamati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. Sementara menutur IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan iklim adalah perubahan yang merujuk variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau variabilitasnya yang nyata secara sistematik untuk jangka waktu yang panjang (bisa dekade atau lebih). Pemanasan Global merupakan faktor utama terjadinya perubahan iklim. 

Pemanasan global sendiri terjadi akibat meningkatnya kosentrasi gas rumah kaca (CO2, metana dan gas lainya) ke atmofer bumi dan terjebak disana. Aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan bakar fosil, deforestarsi, membuang sampah sembarangan dan lainnya merupakan salah satu unsur percepatan pemanasan global sehingga terjadinya perubahan iklim. Dampak negatif perubahan iklim pun sangatlah besar terutama kepada wilayah kepulauan dengan mayoritas masyarakat bertempat tinggal daerah pesisir, berdasarkan RAN API mengemukakan bahwa daerah Kepulauan merupakan daerah yang rentan terhadap dampak perubahan iklim msalnya dari sektor perhubungan akan terganggu akibat gelombang laut semakin besar, valume air laut semakin meingkat sehingga berdampak terhadap pemukiman masyarakat pesisir, kekeringan atau curah hujan ekstrim akibat perubahan iklim dan masih banyak lagi.

Permasalahan ini perlu di responi terutama indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan mayoritas masyarakatnya bertempat tinggal didaerah pesisir. Kerjasama dari berbagai pihak pun diperlukan terutama para generasi muda yang merupakan agen perubahan yang diyakini akan berdampak terhadap sekitarnya. Youth Cam for Future Leader on Environment merupakan kegiatan yang diselengarakan oleh BLU BPDLH (Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup) dengan memilih 76 peserta terbaik dari seluruh Universitas di Indoensia bermaksud untuk menumbuhkan awareness generasi muda, Gen Z Indonesia terhadap pengelolaan perlindungan lingkungan hidup yang kemudian diharapkan dapat menularkan kepeduliannya kepada circle yang mereka miliki seperti komunitas, mereka miliki seperti komunitas, lingkungan rumah, kampus, dan lainnya.

Kegiatan Youth Cam for Future Leader on Environment diselengarakan dalam bentuk daring dan luring. Kegiatan daring berupa Class online selama 4 hari peserta diberikan memahaman tentang lingkungan selanjutnya kegiatan luring berupa fiel trip selama 4 hari yang dibagi dalam 4 beach dengan kota tujuan yang berbeda. Beach 4 merupakan gelombang terakhit dengan kota tujuan Jakarta-Tangerang dimana dalam fiel trip ini peserta akan mengunjugi tempat-tempat edukasi lingungan sehingga peserta dapat belajar secara langsung serta mempraktekkannya. Salah satu tempat yang di kunjungi yaitu Taman Wisata Alam Angke Kepuk, ini merupakan tepat wisata eduksi magrove yang mendapatkan ijin pengusahaan wisata alam. TWA Angkek Kapung yang diberikan kepada PT MURINDRA KARYA LESTARI Sejak 1997 dengan tujuan mengembangkan TWA Angke Kapuk sebagai sarana pariwisata alam sekaligus mempertahankan kelestarian fungsi mangrove sebagai penyangga kehidupan.

Berdasarkan Latar Belakang di atas maka tujuan dari penulisan ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang menyababkan kerusakan hutan mangrove di kawasan Taman Wisata Alam Angke Kapuk serta bagaimana strategi pengelolaan hutan mangrove di Taman Wisata Alam Angke Kapuk. 

B. PEMBAHASAN 

1. Faktor-faktor yang Menyababkan Kerusakan Hutan Mangrove di Kawasan Taman Wisata Alam Angke Kapuk

Seperti yang diketahui bahwa Hutan Mangrove merupakan ekosisten yang berada dikawasan tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga selalu tergenang air laut. Manfaai dari mangrove sangat besar misalnya sebagai mitigasi bencana seperti tangul alami, abrsi, gelombang pasang (rop) serta dapat menjadi penetralisir pencemaran air pada batas ternetntu. Selain itu manfaat lain dari mangrive sebagai obyek daya taik wisata alam dan atraksi ekowisata (Sudiart, 2006; Wiharyanto dan Laga 2010). Mangrove juga mempunyai fungsi sebagai habitat berbagai satwa, karena merupakan tempat berkembang biak, memijah, dan membesarkan anak bagi beberapa jenis ikan, kerang, kepiting dan udang. Tak hanya itu mangrove juga berfungsi dalam penyerapan karbon dioksida (CO2), merupakan salah satu dari gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim.

Namun masih banyak juga mangrove yang rusak akibat bencana alam dan aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Taman Wisata Alam Angke Kapuk yang mempunyai Luas 99,82 Ha dan Jenis-jenis mangrove yang terdapat dalam kawasan diantaranya Api-api (Avicennia marina), Bakau (Rhizophora mucronata dan Rhizophora stylosa), Bidara (Sonneratia caseolaris), Buta-buta (Exocecaris agallocha), Cantinggi (Ceriops sp.) serta Warakas (Acrosticum areum) tentunya mengalami kerusakan.

 Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan mangrove antara lain: 

1) Pengambilan kayu oleh masyarakat 

Masyarakat sekitaran Taman Wisata Alam Angke Kapuk sering menebang pohon mangrove untuk mengambil kayunya untuk dipergunakan sebagai bahan baku arang. Penebangan pohon menjadi ancaman serius terhadap kelestarian ekosistem mangrove, karena tidak hanya menyebabkan hilangnya pepohonan yang ditebang namun juga mengubah iklim mikro sehingga mengganggu kehidupan ekosistem secara keseluruhan 

2) Pencemaran Sungai 

Pencemaran lingkungan dapat menjadi ancaman serius terhadap ekosistem mangrove. Sebagai kawasan peralihan dari darat ke laut, maka semua jenis bahan pencemar dari kedua lokasi tersebut dapat terakumulasi di kawasan mangrove 

3) Konversi habitat ke pertambakan (ikan/udang dan garam) 

Taman Wisata Alam dulunya merupakan pertambakan yang membuat ekosistem mangrove tidak dapat tumbuh dengan baik. Lemahnya pemahaman mengenai nilai khas dari jasa ekologi dan produk panen ekosistem mangrove, menyebabkan ekosistem ini sering kurang dihargai dan cenderung dikonversi ke penggunaan lain

2. Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove Di Taman Wisata Alam Angke Kapuk 

Restorasi mangrove adalah mengelola struktur, fungsi, dan proses-proses ekologi di dalamnya, serta mencegah kepunahan, fragmentasi atau degradasi lebih lanjut dari ekosistem ini (Anonim, 2001b). Restorasi diperlukan apabila ekosistem yang rusak tidak dapat memperbaharui diri dan melaksanakan fungsinya secara normal, karena homeostasisnya secara permanen terhenti (Stevenson dkk., 1999; Morrison, 1990) 

Di Taman Wisata Alam Angke Kapuk Restorasi Mangrove merupakan suatu usaha untuk mengambalikan ekosistem hutan mangrove sehingga ekosistem kehidupan di sekitar Taman Wisata Alam dapat berjalan dengan baik. Tak hanya di Restorasi yang dilaksanakan melainkan Pengelolaan perlu disiapkan untuk memastikan keberlanjutan hutan mangrove tetap ada dan tumbuh dengan baik.  

Taman Wisata Alam dalam menjalankan Ekowisatanya dengan beberapa strategi dalam pengelolaan Hutan Mangrove antara lain: 

1) Mengajak Kerjasama Masyarakat dalam menjaga dan melestarikan mangrove di Taman Wisata Angke Kapuk 

Kolaborasi bersama Masyarakat perlu di tingkatkan untuk besama menjaaga dan melastarikan Mangrove, Taman Wisata Alam Angke Kapuk melaksanakn kolaborasi kerjasama dengan Masyarakat sekir dengan bersama-sama melaksanakan Penanaman Mangrove serta pihak 

2) Secara terus menerus menanam, merawat dan memantau perkembangan Mangrove 

Tidak hanya menaman namum untuk memastikan bahwa Mangrove tumbuh diperlukan perawatan dan pemantauan perkembangan mangrove. Di Taman Wisata Alam ketika mangrove ditanam maka dalam satu tahun pertama akan dipantau ketika mangrove mati akan diganti dengan yang baru, hal ini dilakukan terus menerus untuk memastikan bahwa mangrove tumbuh.

C. PENUTUP 

1. Kesimpulan 

Perubahan Iklim merupakan permasalahan global yang perlu direspon generasi muda yang merupakan agen perubahan, diyakini akan berdampak baik terhadap sekitarnya. Youth Cam for Future Leader on Environment merupakan kegiatan yang diselengarakan oleh BPDLH (Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup) dengan memilih 76 peserta terbaik dari berbagai kampus dari seluruh Indoensia bermaksud untuk menumbuhkan awareness generasi muda, Gen Z Indonesia terhadap pengelolaan perlindungan lingkungan hidup. 

Kegiatan Youth Cam for Future Leader on Environment diselengarakan dalam bentuk daring dan luring. Kegiatan daring berupa Class online selama 4 hari peserta diberikan memahaman tentang lingkungan selanjutnya kegiatan luring berupa fiel trip selama 4 hari. Salah satu tempat kunjungan Fiel Trip yaitu Taman Wisata Alam Angke Kepuk, ini merupakan tepat wisata eduksi magrove. 

Seperti yang diketahui bahwa Hutan Mangrove merupakan ekosisten yang bersada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga selalu tergenang air laut. Manfaai dari mangrove sangat besar misalnya sebagai mitigasi bencana seperti tangul alami, abrsi, gelombang pasang (rop) serta dapat menjadi penetralisir pencemaran air pada batas ternetntu. 

Di Taman Wisata Alam Angke Kapuk Restorasi Mangrove merupakan suatu usaha untuk mengambalikan hutan mangrove sehingga ekosistem kehidupan di sekitar Taman Wisata Alam dapat berjalan dengan baik. Tak hanya di Restorasi yang dilaksanakan melainkan Pengelolaan perlu disiapkan untuk memastikan keberlanjutan hutan mangrove tetap ada dan tumbuh dengan baik. 

2. Saran 

Mangrove merupakan ekosistem dengan banyak manfaat tentu perlu dilestarikan dan dijaga terutama indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang dan merupakan salah satu negara dengan hutan mangrove terbesar di dunia. Peran generasi muda sangat penting dimana generasi muda dengan semangat, keratifitas dan inovasinya dapat mengambalikan dan menjaga lingkungan untuk kehidupan manusia yang akan datang lebih baik lagi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun