Skizofrenia mendeskripsikan gangguan mental serius yang mencakup gejala psikosis yaitu keadaan medis yang terjadi sebab disfungsi otak. tanda-tanda umum psikosis asal pengidap skizofrenia yaitu kesulitan membedakan antara kenyataan dengan pikiran pada diri sendiri.Â
Penderita skizofrenia seringkali mendapat stigma serta subordinat yang lebih besar dari warga disekitarnya dibandingkan individu yang menderita penyakit medis lainnya. Mereka sering menerima perlakuan yang tidak manusiawi, contohnya perlakuan kekerasan, diasingkan, diisolasi atau dipasung. Mereka tak jarang sekali dianggap menjadi orang gila (insanity atau madness).Â
Prevalensi penderita skizofrenia pada Indonesia merupakan 0,tiga-1% dan umumnya muncul pada usia kurang lebih 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita skizofrenia. stigma orang gila orang yang berbahaya mengakibatkan penderita sulit diterima serta berinteraksi menggunakan orang normal, akibatnya penderita dikucilkan, bahkan ditelantarkan menjadi psikotik yang berkeliaran di jalan-jalan.Â
Gangguan skizofrenia menyebabkan perubahan kepribadian serta ketidaksesuaian sosial yang berat sehingga penderita gagal untuk berfungsi secara eksklusif, sosial, vokasional dan fisikal, akibatnya penderita mengalami ketergantungan dengan orang lain, terutama pada anggota keluarga menjadi caregiver.Â
Penelitian ini yang dimaksud dengan caregiver adalah anggota keluarga penderita skizofrenia. dari Schwartz dan Gidron (2002), keluarga penderita skizofrenia merasakan beban (burden) yang berbeda dengan keluarga lain pada umumnya. Burden itu sendiri ialah beban fisik serta mental yang dialami oleh keluarga menjadi primary caregiver berasal penderita skizofrenia. Beban caregiver bertambah karena gejala-gejala gangguan yang dimunculkan cukup menganggu. Adapun ciri tanda-tanda-tandagejala yang ada digolongkan dalam tanda-tanda gejala positif yaitu, yang berlebihan, yang umumnya pada orang kebanyakan tidak ada, tetapi pada pasien skizofrenia justru timbul, berupa waham serta halusinasi.Â
Tanda gejala negatif ialah gejala yang defisit, yaitu perilaku yang seharusnya dimiliki oleh orang normal, namun tidak dimunculkan oleh pasien berupa avolition (hilangnya tenaga), alogia (miskin kuantitas isi pembicaraan), anhedonia (ketidakmampuan untuk memperoleh kesenangan), abulia (berkurangnya impuls untuk bertindak atau berpikir, tak bisa memikirkan konsekuensi dari tindakan), asosialitas (gangguan yang buruk dalam korelasi sosial), afek datar dan afek yang tidak sesuai. Penanganan pasien skizofrenia dibagi secara garis besar menjadi :
1. Terapi somatik: terdiri dari obat anti psikotik
- Antipsikotik adalah obat-obatan yang dipergunakan untuk mengobati Skizofrenia. Fungsi dari antipsikotik yaitu mengontrol halusinasi, ilusi dan perubahan pola fikir yang terjadi di Skizofrenia.
2. Terapi psikososial
a. Terapi perilaku
Teknik perilaku memakai latihan keterampilan sosial untuk menaikkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal.
b. Terapi berorintasi-keluarga
- Terapi ini sangat bermanfaat sebab pasien skizofrenia sering dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluarga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). sesudah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas di pada terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Sejumlah penelitian sudah menemukan bahwa terapi keluarga merupakan efektif pada menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan nomor relaps artinya dramatik. angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
-Terapi kelompok bagi skizofrenia umumnya memusatkan di rencana, masalah, serta hubungan pada kehidupan konkret. gerombolan mungkin menunjuk secara perilaku, mengarah secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, menaikkan rasa persatuan, dan menaikkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, sepertinya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi individual
- Penelitian yang paling baik perihal pengaruh psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia sudah menyampaikan data bahwa terapi membantu serta menambah pengaruh terapi farmakologis. Suatu konsep krusial pada pada psikoterapi bagi pasien skizofrenia artinya perkembangan suatu korelasi terapetik yang dialami pasien aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi bisa dipercaya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi serta pasien, serta keikhlasan ahli terapi yang di interpretasikan oleh pasien.
3. Perawatan rumah sakit (Hospitalize)
Pertanda utama perawatan rumah sakit ialah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien, sikap yang sangat rancu termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Selain anti psikosis, terapi psikososial ada pula terapi lainnya yang dilakukan di rumah sakit yaitu elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo cerleti(1887-1963). prosedur penyembuhan penderita dengan terapi ini belum diketahui secara sempurna. alat yang dipergunakan adalah alat yang mengeluarkan sirkulasi listrik sinusoid sehingga penderita menerima aliran listrik yang terputus putus. Tegangan yang digunakan 100-150 Volt serta waktu yang digunakan 2-3 detik.
Pada pelaksanaan Terapi ini dibutuhkan persiapan sebagai berikut:
- Pemeriksaan jantung, paru, serta tulang punggung.
- Penderita wajib puasa.
- Kandung kemih serta rektum perlu dikosongkan.
- Gigi palsu dan benda-benda metal perlu dilepas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H