Ade Latipah (42) tampak begitu lihai tangan terampilnya memainkan hakpen atau jarum rajutnya, sambil melilitkan untaian-untaian benang rajut berulang-ulang. Sesekali dia berhenti untuk membenarkan untaian benang yang bertumpuk atau terselip di antara jarum. Di dekatnya ada tumpukan gulungan benang rajut dengan berbagai warna yang cantik.
Suara bising di sekitarnya tak membuatnya menutup telinga. Ade tetap fokus dan telaten merajut sambil menatap setiap benang yang terlilit satu sama lain. Dari sinilah dihasilkan olehnya, berbagai kreasi rajut yang menarik mata para pecintanya.
Meskipun tingkat perekonomian cenderung menurun di masa pandemi ini, nyatanya peluang bisnis lain bisa terbuka dari hal yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Kecintaannya bermain dengan benang dan hobi membuat kerajinan sejak kecil, membawa seorang ibu rumah tangga dengan tiga orang buah hati ini mendirikan bisnis rajutnya sendiri.
Bukan semata-mata mencari profit, berawal dari kebosanannya melewati hari-hari #dirumahaja selama pandemi. Hingga suatu waktu, Ade menemukan hobi baru yang bisa memberikannya ketenangan, yakni merajut yang menjadi pelariannya di saat penat setelah melakukan pekerjaan rumah tangga. Hanya ketika sedang merajut, dia merasa lebih tenang, senang, dan bangga akan satu karya yang dihasilkannya.
"Manfaat merajut yang saya rasakan cukup banyak sih. Selain hemat nggak usah beli-beli tas rajut, sebagai penghilang stres, juga yang paling penting bisa jadi penghasilan tambahan," ungkap perempuan yang akrab disapa Ade itu.
Tak pernah memiliki pengalaman merajut, Ade mengaku bahwa ia mempelajari semuanya otodidak hanya melalui platform YouTube. Berbekal menyaksikan beragam konten di YouTube, tak disangka, lama-kelamaan dia mulai tertarik dan mencoba melakoni membuat kreasi-kreasi rajut.
Di tengah pandemi COVID-19, tidak semua UMKM mampu bertahan. Ada sejumlah pelaku usaha yang harus gulung tikar dan merumahkan para pekerja. Namun, ada juga UMKM yang bisa bertahan, atau beralih pada bisnis lain mengikuti arus kebutuhan masyarakat. Ade, sebagai perintis pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tak menyerah begitu saja dengan kondisi pandemi COVID-19 ini. Bahkan dengan hanya bermodalkan benang rajut, Ade mampu menciptakan beragam kreasi bernilai jual. Karya pertama yang dibuatnya adalah tas HP. Tak tanggung-tanggung ia berhasil membuat tidak hanya satu macam kreasi saja, berbagai koleksi kreasi rajut telah dicobanya. Hingga seiring berjalannya waktu, dia berhasil menghasilkan karya-karya rajut lainnya seperti kreasi tas rajut, dompet rajut, gantungan kunci rajut, masker rajut, hingga konektor rajut.
Ya! Masa pandemi seakan menjadi masanya di mana masyarakat berbondong-bondong mengoleksi berbagai macam jenis masker dan konektornya. Hal inilah yang membuat Ade merasa ini bisa menjadi peluang bisnis besar baginya. Sehingga ia mengkreasikan rajutan dalam bentuk tali konektor dengan berbagai motif yang cantik. Karena berhubung sedang menjadi tren di kalangan hijabers serta peminatnya pun banyak, terlebih para kaum anak muda dan ibu rumah tangga.
"Saya perhatikan para muslimah saat itu kan kesulitan kalau pakai masker yang talinya dikaitkan ke telinga. Nah dari situlah, masker dengan inovasi talinya melingkar di belakang kepala itu menginspirasi saya buat konektor rajut," katanya.
Berkat dukungan teman-teman dan suami, Ade kemudian memberanikan diri untuk berjualan saat itu.
"Awalnya saya hanya iseng buat untuk diri sendiri, namun setelah diunggah di media sosial Facebook tak disangka ternyata banyak juga orang yang antusias dan minat dengan kreasi saya. Dibantu juga sama orang-orang terdekat yang mau ikut menjualkannya, sehingga alhamdulillahnya sudah ada ratusan buah konektor masker yang laku terjual dan pembuatannya pun lebih cepat dibanding produk lain," pungkasnya.
Dalam hal ini, dia menyatakan permintaan hasil karyanya seperti masker dan tali konektor ini saja yang terus meningkat saat awal pandemi. Saat ini, disusul juga dengan permintaan lainnya seperti dompet dan tas rajut. Untuk menghasilkan satu produk, dibutuhkan waktu yang tak singkat. Ade mengatakan, biasanya ia dapat menghasilkan satu dompet rajut dalam waktu dua hari.
Pantas saja, hasil karyanya tak main-main loh. Susunan benang rajutnya yang terlihat sangat rapi, motifnya yang beragam, serta tersedia berbagai pilihan warna yang memikat hatilah yang membuat hasil karyanya berbeda dan lebih eksklusif dari yang lain.
Bahkan dengan permintaan yang signifikan dari masyarakat, bisnis miliknya dapat raih omset yang tak disangka. Ade bersyukur dengan bisnis yang ia jalani sekarang memberikannya banyak pelajaran hidup, juga bisa mampu menambah penghasilan di kala banyak di luar sana orang yang sedang terpuruk usahanya dikarenakan pandemi.
"Sebagai pemula, omset yang didapat lumayanlah. Bisa buat jajan dan nambah-nambah kebutuhan sehari-hari," kata dia.
Harga hasil karya Ade terbilang variatif dan relatif sangat terjangkau. Tentunya, sebanding dengan investasi waktu, jiwa, dan kesabarannya untuk membuat satu karya rajut miliknya. Bahkan, untuk harga satu buah tali konektor dibanderol Rp 10 ribu saja.
"Harganya bervariasi tergantung bentuk permintaannya saja seperti apa. Beda ukuran dan kualitas bahan, serta tingkat kesukaran beda juga harganya. Untuk bahan yang saya pakai juga sudah pasti terjamin kualitasnya," ujarnya.
Kemudian dalam hal pemasaran, Ade mengaku sudah menjual sampai luar kota.
"Alhamdulillah kreasi saya sudah terjual tak hanya di sekitar Tasik, tapi sudah sampai luar kota juga. Untuk pengiriman terjauh, sejauh ini kota Bali. Kalau untuk media promosi, saya masih memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Whatsapp," kata Ade.
Tak hanya itu, Ade menyatakan saat ini pengrajin rajutan seperti produk ini sedikit sedangkan peminat banyak, dan ini menjadi sebuah peluang yang harus diperjuangkan. Harapannya ke depan, ia juga ingin membuka kelas belajar ataupun konten Youtube tentang cara membuat kreasi dalam bentuk rajutan untuk para ibu rumah tangga sebagai sarana edukasi bagi masyarakat.
Sebagai perempuan membuat pilihan kerap menjadi tantangan. Sering kali perempuan dihadapi pilihan antara harus bekerja atau menjadi ibu rumah tangga, yang seolah-olah memilih salah satu berarti harus mengorbankan yang lainnya. Padahal perempuan tidak harus memilih, akan tetapi berhak melakukan apa pun tanpa diliputi kekhawatiran akan celaan dari sekitar.
Pemikiran tersebutlah yang mendorong Ade Latipah ingin membangun mengembangkan bisnisnya kelak setelah pandemi, agar bisa membantu memberdayakan para perempuan di sekitarnya. Namun untuk saat ini, dia mengungkapkan masih harus banyak belajar lagi terlebih dahulu karena masih banyak ilmu yang ingin dia pelajari.
Di akhir wawancara, Ade berpesan kepada semua perempuan untuk tetap kuat dan bertahan di segala situasi yang ada.
"Perempuan itu diberi kemampuan oleh Allah berkali-kali lipat lebih banyak dibanding laki-laki, dimana kita sebagai seorang IRT bisa mengurus rumah, anak, dan suami sekaligus. Tugas kita tinggal cari tau gimana caranya memanfaatkan itu. Untuk itu pesan saya, jangan pernah kalah dengan situasi apa pun namun jadikan itu  sebagai peluang kita untuk tetap maju," tutupnya.
Bagi Ade, pandemi COVID-19 memang menghadirkan kemelut badai. Akan tetapi, jika pandai membaca situasi ternyata masih banyak peluang yang bisa dilakukan agar usaha bisa tetap terjaga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI