[caption caption="White tail deer yang hidup terkungkung"]
White tail deer yang hidup terkungkung
Binatang-binatang lain juga terlihat tidak terawat. Pilu sekali melihatnya. Apabila anda pencinta binatang, jangan masuk kedalam kebun binatang ini, kalau tidak mau hati anda teriris menyaksikan derita satwa didalamnya.
Cukup 15 menit kami didalam kawasan Benteng Fort de Kock ini, kami pun keluar sambil geleng-geleng kepala. Just a suggestion. Kalau anda travelling ke Bukittinggi namun tidak memiliki banyak waktu, SKIP tujuan wisata ini!
 [caption caption="Keramaian kota Bukittinggi dari ketinggian"]
Â
Mesmerizing Tarusan Kamang Lake
Matahari belum turun dan petualangan Sakaw Travelling di Bukittinggi belum usai. Kami memacu motor kami, si "Hijau" 20 km keluar kota Bukittinggi. Tentunya lagi-lagi melalui pemandangan yang menyejukan hati.
[caption caption="Sawah membentang dikaki bukit"]
Sawah-sawah membentang luas, menandakan pertanian merupakan motor utama ekonomi daerah Bukittinggi. Saya dan Ayu membicarakan banyak hal selagi berkendara seperti ini. Memang momen ngobrol di motor menjadi kegiatan wajib dan sangat menyenangkan. Sesi curhat di alam terbuka dengan yang tercinta. Eee cieee. Tapi biasanya semua dirusak ketika nyanyian absurd Ayu dimulai. "Sekarang jamannya makan sosis... Sosisnya enak lezat bergizi..." Drop shaay. :D
[caption caption="Padi yang baru ditanam di tanah Sumbar yang subur"]
Setelah sekitar 40 menit berkendara, sampailah kami ke Danau Tarusan Kamang. Seketika itu juga Sakaw Traveling terpukau kembali akan sebuah karya alam yang spektakuler. Danau Tarusan Kamang, yang konon sudah ada sejak 70.000 tahun yang lalu ini, begitu unik. Keunikan danau seluas 38 hektar ini terletak pada perilaku airnya. Suatu waktu danau tersebut terlihat begitu luas, namun tiba-tiba airnya menjadi surut dan dalam sepekan bisa menjadi hamparan padang rumput nan hijau. Karenanya, warga sekitar biasa menamakannya dengan sebutan Danau Dua Muka.
[caption caption="Danau Tarusan Kamang yang masyur"]