Tabiang Takuruang
Sore menjelang, kami harus kembali ke Bukittinggi. Dengan enggan kami beranjak meninggalkan Tarusan Kamang yang selamanya tersimpan di hati. Rencananya kami akan menikmati makan malam di Taruko cafe dengan keindahan Tabiang Takuruang. Sebuah bukit yang menjulang tinggi di antara ngarai dan hamparan sawah. Eksotisme monumen alam dengan sebuah pohon mistis dipucuknya.
 [caption caption="Eksotisme Tabiang Takuruang"]
Â
 [caption caption="View menakjubkan dari Taruko cafe"]
Sayangnya Taruko Cafe nampaknya baru merintis usahanya. Sehingga tenaga kerja yang ada tidak memadai untuk melayani tamu yang sore itu datang berkunjung cukup ramai. Setelah menunggu sekitar 40 menit tanpa ada makanan yang datang, pesanan pun kami batalkan.
[caption caption="Hotel bernuansa alam di Taruko"]
Lokasi yang sempurna dengan konsep bisnis yang sempurna pula, dimana selain cafe terdapat juga hotel bertema alam. Sangat disayangkan potensi tersebut belum diimbangi dengan jumlah dan kualitas karyawannya.
Akhirnya makan malam kami dialihkan ke nasi goreng "Mama". Sebuah spot kuliner yang banyak direview wisatawan yang berkunjung ke Bukittinggi.Â
[caption caption="Nasi goreng "Mama""]
[caption caption="Panci besar yang sedang digunakan untuk memasak beberapa porsi nasi goreng"]
Just another fried rice really, tapi ketika dinikmati di dinginnya udara Bukittinggi malam hari entah mengapa jadi terasa lebih nikmat. Ditambah telur dadar dan gorengan, makan malam ini menjadi penutup sempurna dari hari sibuk penuh kekaguman akan Bukittinggi ini.