Mohon tunggu...
Dyah
Dyah Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Penggemar jalan-jalan dan makan enak.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Pengalaman Naik Transjakarta ex-Kopaja AC

2 Januari 2016   00:04 Diperbarui: 2 Januari 2016   01:02 4757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Bus Transjakarta ukuran sedang ex-Kopaja."][/caption]Saya (dulu) adalah salah satu pelanggan Kopaja AC S 602, jurusan Ragunan-Monas-Senen. Sampai dengan awal bulan Desember ini, saya masih memanfaatkan bus mungil berwarna abu-abu dan hijau itu untuk mengantar saya pergi pulang ke tujuan tertentu. Bukan apa-apa, bus ini bisa mengantar saya sampai tujuan dengan cepat karena lewat jalur busway, tapi bisa berhenti di sembarang tempat. Jadi, orang bisa langsung menyetop bus ini di perempatan jalan atau di seberang gang, tanpa perlu masuk ke dalam halte busway.

Ternyata, pemerintah mempunyai akal jitu untuk mengurangi pengguna kendaraan umum bandel macam saya, yang bisa memberhentikan bus sembarangan dan mengganggu sirkulasi bus-bus Transjakarta lainnya. Sejak tanggal 29 Desember yang lalu, Kopaja AC S 602 sudah berganti baju menjadi bus Transjakarta, ditandai dengan perubahan warna bus menjadi abu-abu dan biru muda. Sebagai pengemudi bus Transjakarta, otomatis para sopir menaati ketentuan Transjakarta untuk hanya menaik-turunkan penumpang di halte busway. Jadi, tidak ada lagi menghentikan bus di tengah-tengah jalan.

[caption caption="Kopaja AC S 602 sebelum bergabung dengan Transjakarta."]

[/caption]

Hari pertama bus Transjakarta ex-Kopaja jurusan Ragunan-Monas beroperasi, banyak penumpang yang ragu-ragu untuk menaiki bus ini, karena takut dikenai tambahan biaya. Berhubung saat itu cukup pagi dan saya tidak terlalu terburu-buru, saya iseng mencoba naik bus Transjakarta mungil yang berhenti di halte tempat saya berada. Kalau jalurnya menjauhi tujuan saya, ya tinggal berhenti di halte berikutnya. Kalau ternyata ada biaya tambahan ... ya itu resikonya mencoba-coba.

Ternyata, tidak ada biaya tambahan. Lalu, sopir bus yang saya naiki itu (kalau saya tidak salah ingat) adalah salah satu sopir Kopaja AC S 602 yang sudah cukup saya kenal tampangnya. Saya duduk di kursi dan mengamati interior bus. Walau sudah ada stiker-stiker dan informasi khas bus Transjakarta, tetap saja interiornya khas Kopaja, yang didominasi warna hijau. Kursinya lebih banyak dari bus Kopaja AC biasanya, sehingga nampak sesak. Walau secara keseluruhan cukup bersih, tetap saja interior bus terlihat tua dan tidak terlalu terawat. Kursinya juga nampak lusuh dan tua.

Penumpang bus relatif sepi, meskipun calon penumpang yang ada di halte-halte yang dilewati cukup banyak. Beberapa kali sopir berseru-seru, “Monas, Monas!” Tapi jarang ada penumpang yang naik. Mungkin orang-orang curiga akan disuruh bayar lagi saat masuk ke dalam. Dari tempat saya duduk (dekat pintu), sempat terdengar beberapa orang calon penumpang yang antre di halte busway kasak-kusuk menyebut-nyebut kata “Kopaja”. Karena bus ex-Kopaja ini tidak membawa kenek bus, jadi tidak ada yang bisa menjelaskan kepada calon penumpang bahwa bus ini tidak menarik bayaran lagi di dalam.

[caption caption="Bus Transjakarta ukuran sedang ex-Kopaja."]

[/caption]

Di malam harinya, masih di hari pertama tersebut, ada kejadian menarik. Ternyata sopir bus Transjakarta trayek lain juga ada yang belum tahu tentang keberadaan bus Transjakarta ukuran sedang jurusan Monas-Ragunan ini. Saya kebetulan duduk di bagian depan bus ex-Kopaja tujuan Ragunan. Saat berhenti di lampu merah di Jl. Gatot Subroto, ada bus Transjakarta (sepertinya jurusan PGC) yang berhenti mepet ke bus kami, lalu timbullah percakapan berikut.

Sopir Bus PGC: “Hei, trayek mana nih?” (Sambil teriak, seperti umumnya sopir bus kalau ngobrol sambil menyetir bus.)

Sopir Bus ex-Kopaja: “Monas Ragunan.”

Sopir Bus PGC: “Sudah berapa lama?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun