Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Mediator Urusan Sulit

Akun kedua di Kompasiana. Akun pertama sejak centang biru dihilangkan jadi ga bisa diakses. Perempuan biasa yang demen menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Pulau Sampah Merangsek Jakarta

26 Oktober 2024   20:09 Diperbarui: 26 Oktober 2024   20:39 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Frankfurt Bookfair - Jakartacityoflit

Suatu sore menjelang laut pasang, Alang tepekur merenungi pulau sampah yang tak juga susut, malah terus meluas. Kenapa Mahesa hanya fokus membenahi kawasan elite dan perkantoran, kenapa Mahesa tak memikirkan pesisir Alang merasa ditinggalkan, nelayan tak dianggap penting kecuali saat pemilu.

Dari kejauhan tampak rombongan Mahesa melangkah mendekat. Melalui  Pengeras suara Mahesa menyerukan. "Kita akan terus lanjutkan pembangunan Jakarta," Sang gubernur menghampiri Alang, mengulurkan kotak bertulis "Bansos Gubernur Jakarta".

Brakkk! Alang menghempaskan kardus ke tanah. "Buat apa Bansos, Bapak tidak mengelola sampah dengan baik. Buktinya pulau sampah makin luas. Kami ini seharusnya bisa melaut tanpa halangan hingga bisa mendapat penghasilan sendiri."

Alang bersama para nelayan rebutan bertanya dan berteriak. Kenapa kami yang harus menanggung sampah orang lain? Bagaimana kalau pulau sampah itu buyar dan membanjiri rumah kami? Ikan-ikan mati busuk terjebak di pulau sampah itu, Pak, kami mesti bagaimana?

Mahesa kewalahan dan meminta para nelayan tenang. "Sabar. Ini persoalan rumit, Bapak-Bapak. Perubahan iklim memperparah semuanya." Kalimat Mahesa langsung disambut teriakan nelayan yang tak rela sang gubernur melimpahkan kesalahan semata pada alam dan iklim.

Terdengar teriakan panik. "Sampah, sampah!" Pulau sampah, entah kenapa, membludak terburai naik dibawa ombak ke arah mereka.

Sampah meluber ke jalanan. Alang berteriak, "Ayooo! Teruslah luber, bangunkan orang Jakarta."

****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun