Masalahnya owner perusahaan yang warganegara asing maupun supporting staff tidak memperhitungkan hal itu. Jadilah banquet hall yang dipakai dengan sistim bersantap di meja bundar tak mampu menampung tamu yang hadir.
Pihak Hotel tentunya tak mau reputasinya rusak. Owner perusahaan segera didatangi oleh chef hotel dengan para cook-nya. Ada sekitar 7 orang berperawakan tinggi tegap dengan baju putih-putih memakai topi tinggi putih, bercelemek mengelilingi owner dan menyarankan untuk menambah porsi makanan.
Asli saat melihatnya langsung tercetus dalam hati, wow keren dan professional sekali. Apalagi setelah kesepakatan terjadi, mereka segera bergegas menuju dapur menyiapkan tambahan hidangan. Dan hanya dalam waktu 1 jam sudah tersaji tambahan hidangan yang memadai.
Kejadian ini membuat saya benar-benar menghargai posisi Chef dan seluruh staff nya. Dan merasa serunya  bekerja di Kitchen Hotel walaupun setahu saya ada batasan untuk wanita bekerja di sana. Ini tak luput dari masalah peralatan berat dan besarnya jumlah yang dimasak tiap hari. Perempuan bisa memasak di hotel namun dibatasi di bagian Pastry. Ada teman perempuan yang bekerja sebagai Chef Pastry suatu hotel.
Sejak kejadian di Ritz Carlton itu, jika saya sedang makan di suatu venue hotel, saya selalu menyapa para petugas yang bertanggung jawab atas kehadiran hidangan lezat yang tersaji. Bahkan jika dimungkinkan, saya meminta untuk bisa menemui sang Chef.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H