Mohon tunggu...
Deean Dee
Deean Dee Mohon Tunggu... -

pembelajar yang suka menulis, berpetualang, membaca, mendengarkan dan bersahabat.. Bismillah.. :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teguran Allah dan Kencleng Ummat

1 Mei 2012   05:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:53 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

sepulang kuliah tadi, menyempatkan kaki melangkah menyusuri teras rektorat.. mata mencari-cari kotak kaca besar berisi tumpukan uang kertas dan receh.. lalu memasukkan uang tak seberapa ke dalamnya.. kemudian meninggalkan rektorat dan bergegas pulang.. tersadar, sudah beberapa minggu ini kotak kencleng dikamar yang sengaja ku pinta langsung dari sebuah yayasan sosial untuk anak yatim, lama tak terisi.. hanya berisi receh yang tak seberapa dan uang kertas yang juga masih sangat sedikit..

Sedih bila ku ingat, ketika dulu bertekad kuat, semoga kelak dengan adanya kencleng itu di dekat cermin kamarku, bisa ku isi setiap harinya.. agar setiap hendak berdandan merapikan jilbabku.. setiap hendak rapi-rapi sebelum beraktifitas kuliah, kencleng itu tak luput dari pandanganku.. ahh.. begini kiranya bila rezeki sedang mencukupi, tak terasa melenakan.. uang dibiarkan begitu saja.. tanpa pernah melirik kencleng itu kembali.. merasa malu pada Allah.. menjadi hamba yang mudah sekali terlena dengan kelapangan.. dengan kemudahan.. nanti bila tiba giliran datang ujian, azzam menghujam dalam untuk selalu menyisihkan beberapa uang setiap harinya.. kencleng selalu menarik hati dan tangan agar bersegera menyisihkan beberapa uang jajan.. ada apa ini?? :'(

Ya.. sepanjang perjalanan pulang hanya mengingat kencleng itu.. hingga tiba di boulevard tak jauh dari kopma kampus.. dari kejauhan melihat seorang ibu-ibu dengan menggendong anaknya yang tersenyum melihat ku dari kejauhan.. semakin dekat jarak kami, aku menyapa sang ibu dan anak yang di gendongnya.. ku kira, ibu tersebut sedang menunggu jemputan, dengan payung yang dibiarkannya bersandar pada pohon dipinggiran boulevard.. setelah ku sapa, hendak berlalu.. sang ibu memanggilku..

“Mba.. mba.. saya bisa minta tolong nda?”, pinta nya dengan senyum yang terkesan dipaksakan..

“oh iya bu, minta tolong apa nggih?”, aku menghentikan langkah, membalikkan badanku melihat sang ibu

“saya tadi habis kecopetan di angkot mba, saya mau pulang, tapi nda ada uang..”, nadanya mulai serius dengan nada suara yang gemetar..

“saya mau pinjem uang mba kalau boleh, nanti saya kembalikan atau gimana mba enaknya?”

saya melihat sang anak, iba langsung datang menghampiri.. saya ambil dompet yang mengeluarkan selembar uang..

“ibu mau pinjam berapa bu?” tanyaku kembali..

“tiga puluh ribu saja mba”, jawab beliau agak malu-malu

“oh ini bu, semoga membantu”

“ini kebanyakan mba”, kata sang ibu masih dengan malu-malu

“oh ga apa-apa ibu..”, seraya mata dan tanganku menyentuh si kecil yang mungkin kedinginan karena kebetulan hari mendung dan sepertinya akan hujan deras..

“ibu mau pulang ke mana bu?”, tanyaku kemudian

“ke wonosari mba,” jawab beliau sedikit terbata

Ya allah, jauh sekali.. dari kaliurang ke wonosari tanpa ada uang sepeserpun ditambah lagi menggendong anak yang tidak berjaket di siang hari yang terlihat agak gelap karena tertutup awan mendung ditambah dingin yang menggigilkan tubuh.. ada yang basah dihatiku, teringat nun jauh disana.. yang tak letih mendo’akan dan mencintaiku.. mama.. :’(

“Terima kasih ya mba, semoga yang Maha kuasa membalas nya..”, si ibu merangkul tanganku.. dan tersenyum lega..

“oh iya bu, gak apa-apa..”, jawabku mengakhiri

Tidak terpikirkan bagaimana caranya ibu tersebut mengembalikan uang ku, rasanya seperti mengalir saja.. tidak memikirkan uang ku tinggal berapa lagi di dompet, tidak memikirkan kapan dikembalikan.. yang terpikirkan hanya, ini ladang ‘amal yang sedang Allah hadirkan untuk menguji seberapa jauh aku bisa mengimplementasikan sikap ikhlas dan khusnudzhon kepada sesama pada saat Allah sedang memberikan kemudahan dan kelapangan dalam rezeki.. ya hanya itu..

setelah memberikan selembar uang kertas kepada ibu itu, aku berpamitan dengan sedikit terburu-buru dan segera melangkahkan kaki ku menuju jalan di seberang kampus.. memburu angkot karena hari sudah terlihat gelap diselimuti awan yang menggumpal dan kelihatannya akan hujan deras..

Dalam penantian menanti angkot, pertemuan dengan ibu tadi melintas kembali, “Ahh, ini mungkin teguran Allah, atas kelalaian ku menyisihkan uang jajan ku untuk bisa ku infakkan dijalan nya.. dan juga mengingatkanku agar tidak menyia-nyiakan kotak kencleng yang sudah susah payah diantarkan kekost oleh pegawai yayasan lembaga sosial tersebut..”

Sampai datang angkot yang ku tunggu.. hanya istighfar yang mampu ku lafadzkan berulang kali.. betapa kiranya nikmat lapang itu justru lebih dekat kepada keterlenaan.. Terima kasih Allah, telah menghadirkan sosok ibu itu beserta balita nya yang imut untuk menegur ku..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun