Serunting, jangan lagi kau jerumuskan dirimu dalam payah. Masalah ini akan kita hadapi bersama. Kini, kau tak sendirian dalam melangkah. Perpisahan tujuh belas tahun itu sudah dihapus dengan kedatanganmu semalam. Aku pun senang karena meski jauh, kau yang menemukanku lebih dahulu dan mengekor perihal beritaku di media massa. Sungguh. Aku bahagia, meski mendapatimu menangis terisak-isak, membuatku laksana kertas yang dikoyak-koyak.
*****
Serunting, apakah kau tahu mengapa aku menguraikan ini? bahwa setiap insan akan kehilangan, namun tak jarang kembali menemukan. Ini tentang aku, kamu, dan warna-warna itu. Kita adalah orang-orang yang diberi berkah. Kini, kau aman berada di sisi dan kau pasti akan menemukan warna-warnamu dengan keteguhan hati. Tinggalkan hitam yang ngeri, jangan takut memilih putih. Kau memiliki hak untuk berbagi dan dibagi, untuk merasakan bahagia yang hakiki dan menjadi diri sendiri, terlepas dari apa dirimu dalam dunia prostitusi. Kau masihlah perempuan yang sama dengan mimpi, bahwa hidup memang tak hanya tentang pedih.
Serunting, yang kucintai jiwanya, dengarkanlah ini. Satu terkadang dapat lebih baik daripada dua atau belasan lebih. Ketahuilah,bahkan pelangi yang multi spektrumnya itu, berawal dan lahir dari cukup satu warna saja.
*****
[1] Bagian teras rumah panggung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H