Mohon tunggu...
Dian Kusumawardani
Dian Kusumawardani Mohon Tunggu... Freelancer - Haloo, saya adalah seorang ibu rumah tangga profesional. Bekerja paruh waktu sebagai pengajar Sosiologi dan Sejarah di BKB Nurul Fikri. Juga suka menulis dan sudah menghasilkan 6 buku antologi dan 1 buku solo. Saya juga seorang konselor laktasi dan blogger.

Home Educator Omah Rame, Pengajar di BKB Nurul Fikri, Konselor Laktasi, Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kupas Tuntas Profesi Editor bersama Belalang Cerewet

26 Mei 2024   13:39 Diperbarui: 26 Mei 2024   14:29 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IG live CAK KAJI | @cak.kaji.jatim

Kemarin, komunitas CAK KAJI (Cangkrukan Kompasianer Jatim), menggelar IG live bertajuk "Dibayar untuk Mencari Kesalahan : Sharing Seputar Profesi Editor ". IG live yang dihelat Sabtu pada 25 Mei jam 19.00 -- 20.00 ini melakukan siaran langsung di akun IG @ammachemist dan @belalangcerewet.

Pada kesempatan ini, mas Rudi (pemilik akun dan blog belalangcerewet.com) berbagi cerita mengenai pengalamannya menjadi editor buku.  Acara ini pas banget buat yang mau tahu tentang profesi editor. 

Di awal acara, mas Rudi bercerita awal mulai ketertarikannya dengan profesi editor ini. Dulu, saat masih kuliah, mas Rudi menghadiri acara peluncuran buku NH Dini pada awal kuliah. Novelis gaek ini bilang bahwa karyanya bisa tampil bagus berkat tangan dingin seorang editor. Di balik buku yang bagus, ada kontribusi penyunting yang sudah berjuang membuat naskah menjadi menarik.

Ini membuat mas Rudi tertantang dan mulai menjajal profesi ini. Mas Rudi sempat kerja di penerbit buku sekolah, lalu pindah ke penerbit buku populer, yakni genre motivasi dan bisnis. Untuk freelance, pernah ikut mengedit kamus Indonesia-Inggris Hassan Sadily & John M. Echols terbitan Gramedia. 

Pengalaman menjadi editor kamus bahasa Indonesia Inggris terbitan Gramedia menjadi hal yang berkesan. Sebab, harus teliti banget karena edisi revisi wajib memuat lema dan sublema yang lebih lengkap.

Editing lain yang berkesan tentang buku seputar informatika, yaitu saat penulis komplain seolah editor tidak mengubah tulisannya. Ini salah kaprah karena editor tidak melulu mencari kesalahan. Selama naskah dianggap sudah menarik, editor tak perlu menambah atau mengoreksi.

Ada lagi yang berkesan saat mengedit seri buku-buku motivasi karya penulis Selandia Baru. Karena diterjemahkan dari bahasa Inggris, tak jarang harus menyelaraskan antara hasil terjemahannya dengan maksud penulis. 

Kadang ada penerjemah yang terlalu berani menafsirkan naskah sumber sehingga saya perlu berkomunikasi dengan penulis aslinya. Jadi pengalaman mengesankan bisa bertukar pandangan lewat email dengan penulis asing.

Tugas Editor

Editor bukan sekadar mencari kesalahan penulis. Bukan sekadar mengecek tipo atau salah eja, tapi lebih dari itu. 

Idealnya, ada dua macam editor di penerbit buku. Ada editor akuisisi (kadang cukup disebut editor) dan penyunting naskah (disebut juga kopieditor).

Selain menyunting naskah dari segi materi, editor akuisisi juga merencanakan buku apa saja yang akan diterbitkan, berkomunikasi dengan penulis atau calon penulis, dan memutuskan mana naskah yang layak diterbitkan atau tidak. Jadi, kesempatan pelesiran lebih banyak didapatkan editor ini.

Adapun kopieditor bertugas memeriksa ketepatan ejaan, tata bahasa, dan struktur kalimat agar naskah menjadi buku yang enak dinikmati pembaca. Kopieditor biasanya mendapatkan pengarahan dari editor dalam penyuntingan sesuai kebutuhan saat itu.

Dalam praktiknya, penerbit kerap menyatukan dua peran ini dalam satu posisi, yakni editor dengan berbagai tugas yang saya sebutkan tadi. Mungkin demi menghemat pengeluaran atau memangkas alur kerja.

Syarat Menjadi Editor

Mas Rudi juga bercerita tentang apa saja syarat yang harus dipenuhi untuk bisa menjadi editor yang baik. Menurutnya, seorang editor yang baik harus memiliki beberapa keterampilan berikut ini : 

  1. Menguasai ejaan 

  2. Menguasai tata bahasa

  3. Bersahabat dengan kamus dan tesaurus

  4. Punya communication skill yang mumpuni, untuk menjalin hubungan baik dengan penulis atau calon penulis, juga berkomunikasi dengan pembaca

  5. Kejelian untuk membaca kebutuhan pasar

  6. Bisa berbahagia asing (minimal bahasa Inggris)

  7. Punya kepekaan bahasa untuk mengemas atau mengolah naskah

  8. Berwawasan luas (baca buku, nonton film, baca berita, dll.)

  9. Punya kemampuan menulis

Berapa Gaji Editor? 

Memangnya berapa sih gaji editor itu? Apakah pekerjaan mengedit naskah masih menjanjikan untuk saat ini? 

Secara umum sama dengan pekerjaan lain. Kalau editor inhouse ya mengikuti kebijakan penerbit soal gaji bulanan. Kalau konteksnya kerja freelance, biasanya dihitung per halaman. Misalnya Rp15.000 per halaman A4 spasi ganda, atau ada juga yang menggunakan standar per karakter, misalnya Rp10 per karakter, termasuk tanda baca. Bisa juga pakai harga borongan (by project), sesuai kesepakatan dengan penulis.

Melihat fenomena saat ini, harus diakui prospek menjadi editor tidak terlalu menggembirakan. Setidaknya penulis jauh lebih terkenal dibanding editor yang membantu naskahnya menjadi bagus. Beda dengan masa dulu ketika HB Yassin begitu disegani karena melahirkan banyak penulis.

Namun, optimisme tetap ada karena penulis dan editor hakikatnya adalah mitra. Sehingga keduanya saling membutuhkan demi mewujudkan buku yang bergizi dan bermanfaat bagi pembaca, itulah poin utamanya. Kolaborasi!

Profesi editor juga masih bisa menjadi profesi pilihan generasi  Z. IG live yang dilakukan CAK KAJI ini menjadi langkah nyata mengenalkan profesi editor kepada gen Z. Layaknya anak muda saat ini, kebanyakan gen Z akrab dengan apa pun yang berbasis digital. Pengenalan profesi editor bisa dikenalkan lebih dalam lagi. Misalnya lewat zoom atau kulwap dengan latihan editing sekaligus. Ada teori dan praktik. Sehingga anak muda pun juga tertarik dengan profesi ini. 

Tips Mendapatkan Klien

Dalam penutupnya, mas Rudi tak segan berbagi tips bagaimana mendapatkan klien. Pertama, bisa dimulai dengan berlatih menyunting teks-teks pendek. Kalau sudah punya portofolio, contoh-contoh itu yang kita tunjukkan kepada penerbit yang kita lamar.

Kedua, jika ada kesempatan berkontribusi sebagai editor lepas, misalnya untuk komunitas atau lembaga sosial, coba ambil. Lakukan yang terbaik, konsultasikan dengan teman yang punya profesi serupa. Andil kecil ini bisa menambah kredit dan jam terbang yang berpotensi membuka peluang rezeki lewat jalur silaturahmi.

Ya, bangun hubungan baik dengan semangat bersilaturahmi. Kita tak pernah tahu ternyata peluang rezeki muncul dari perkenalan atau hubungan baik yang terjaga.

Nah, sekian cerita dari IG live CAK KAJI kali ini. Semoga tulisan ini bisa menjadi informasi bagi teman-teman yang ingin menjajal profesi editor. Nantikan juga siaran Instagram lainnya dari CAK KAJI, ya! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun