Mohon tunggu...
Dian Kusumawardani
Dian Kusumawardani Mohon Tunggu... Freelancer - Haloo, saya adalah seorang ibu rumah tangga profesional. Bekerja paruh waktu sebagai pengajar Sosiologi dan Sejarah di BKB Nurul Fikri. Juga suka menulis dan sudah menghasilkan 6 buku antologi dan 1 buku solo. Saya juga seorang konselor laktasi dan blogger.

Home Educator Omah Rame, Pengajar di BKB Nurul Fikri, Konselor Laktasi, Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pekerjaan Domestik, Tanggung Jawab Siapa?

2 Februari 2024   19:28 Diperbarui: 2 Februari 2024   19:30 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore ini, seperti biasa saya sudah menyiapkan camilan untuk suami. Setiap pulang kerja ia beristirahat sejenak sambil menikmati secangkir kopi dan camilan. Sengaja, saya tidak menyiapkan kopi untuknya, karena dia biasa membuat kopi sendiri. Maka, yang dilakukannya setelah sampai rumah adalah mengambil dripper dan mulai menyeduh kopi. 

Tak hanya secangkir, dia buat dua cangkir. Supaya kami bisa menikmati kopi berdua. Menghabiskan sore bersama di balkon rumah sambil menyesap kopi dan menikmati camilan. Tak lupa ada obrolan di tengah-tengahnya. 

Indah, bukan? Saya menyiapkan camilan, dia membuatkan kopi. Lalu dinikmati berdua. 

Ya, seharusnya rumah tangga seindah itu. Saling berbuat baik. Tak membebani salah satu pihak. 

Hmm, cerita saya hari ini berangkat dari keresahan akan sebuah berita viral di internet. 

Beberapa waktu lalu di media sosial viral sebuah postingan tentang percakapan suami istri. Dalam postingan tersebut si istri bercerita sedang tak enak badan, dia ingin suaminya membantu mengerjakan pekerjaan domestik. 

Respon suaminya sungguh diluar nalar, tanpa mempertimbangkan kondisi istrinya yang sedang sakit, dia malah menceramahi soal kodrat. Menurut suami, tugas domestik seperti memasak, membersihkan rumah, mengurus anak adalah kodrat perempuan. Ya harus dijalani bagaimanapun kondisinya. Suami sudah lelah mencari nafkah, masa ia harus mengerjakan tugas domestik juga. 

Duh, saya jadi gregetan membaca postingan tersebut. Apa iya tugas domestik itu kodrat perempuan? 

Apa itu Kodrat? 

Apakah benar tugas domestik itu kodrat perempuan? Memangnya apa sih kodrat itu? 

Kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata kodrat setidak-tidaknya terkait dengan : 1. Kekuasaan (Tuhan) 2. Hukum alam 3. Sifat asli/bawaan.

Jadi sesuai KBBI arti kata "Kodrat" adalah hal-hal yang melekat pada seseorang sejak lahir, bukan yang dilekatkan orang lain.

Kodrat adalah hal-hal alami dari Tuhan yang tidak bisa diubah, bukan hasil konstruksi manusia. 

Lalu, apa sebenarnya kodrat perempuan itu? Kodrat perempuan sesuai dengan reproduksinya adalah mengandung, melahirkan, dan menyusui. Hal yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki. 

Begitu juga dengan kodrat laki-laki, memiliki sperma. Hal yang tidak bisa dimiliki oleh perempuan. 

Pekerjaan Domestik Bukan Kodrat

Pekerjaan domestik seperti memasak, membersihkan rumah, mengasuh anak, itu bukanlah kodrat. Itu adalah keterampilan hidup yang bisa dipelajari dan dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. 

Apakah seorang laki-laki yang mencari nafkah dibebaskan dari segala tugas domestik? Bagaimana bila perempuan juga ikut mencari nafkah? 

Ya, inilah risiko hidup dalam masyarakat yang menganut sistem patriarki. Sudah sejak lama disosialisasikan secara turun temurun, laki-laki mencari nafkah dan perempuan mengurus rumah tangga. 

Sebenarnya rumah tangga itu urusan masing-masing, ya. Bagaimana suami istri bersepakat tentang pembagian tugas. Namun, tak elok jika bawa-bawa kodrat untuk hal-hal yang sebetulnya hasil konstruksi sosial di masyarakat. 

Pekerjaan domestik itu bukan kodrat. Titik. 

Pembagian Tugas Domestik

Rumah tangga dijalani berdua. Tentu sudah seharusnya suami istri saling membantu. Tak ada salahnya jika suami membantu pekerjaan domestik, apalagi jika istri sedang tidak sehat. 

Saya tumbuh dalam keluarga yang demokratis. Mama dan papa saya saling membantu. Papa memang tak pernah mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, tetapi dia selalu hadir untuk anak-anaknya. Menemani belajar dan mendongeng sebelum tidur adalah hal yang dilakukan papa setiap hari. 

Dia sadar tak bisa membantu mama mengerjakan tugas domestik, maka ia pun memberikan mama ART (asisten rumah tangga), karena pada saat itu mama juga bekerja di luar rumah. Papa tahu, mama tentu akan kewalahan jika harus membagi energi untuk pekerjaannya sebagai guru dan mengurus rumah. 

Orang tua saya menjadi model bagi saya saat memiliki rumah tangga sendiri. Saya dan suami sama-sama mencari nafkah, bedanya pekerjaan saya freelancer jadi memang saya lebih banyak bekerja di rumah. 

Kami memang tak ada pembagian tugas secara tertulis. Tapi kami sadar untuk saling membantu. 

Saya memang lebih banyak mengerjakan tugas domestik, tetapi suami juga tak segan membantu jika dimintai bantuan. Ada beberapa pekerjaan rumah yang dilakukan suami, misalnya mengepel dan membersihkan kamar mandi. 

Dalam pengasuhan dia pun selalu ikut terlibat. Seperti yang dilakukan oleh papa saya, dia juga menemani anak-anak belajar dan mendongeng sebelum tidur. 

Dia juga selalu membuatkan saya kopi setiap hari. Kadang juga membuatkan sarapan.

Itulah yang seharusnya terjadi. Ada pembagian tugas domestik di antara suami dan istri. Suami istri itu tim, sudah selayaknya bekerjasama, bukan saling membebani satu sama lain. 

Tugas domestik itu urusan bersama. Suami dan istri harus terlibat. Kalau memang pasanganmu tidak peka untuk membantu, jangan segan untuk meminta bantuan secara lugas. 

Bila perlu, buat saja pembagian tugas secara tertulis. Agar masing-masing pihak menyadari tanggung jawabnya. 

Jadi, yuk para suami jangan ada lagi anggapan bahwa tugas domestik itu kodrat perempuan. Yuk, para istri jangan segan untuk meminta bantuan suami dalam mengerjakan tugas domestik. 

Rumah tangga urusan berdua. Sudah selayaknya saling membantu. 

Sepakat? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun