Mohon tunggu...
Dian Kusumawardani
Dian Kusumawardani Mohon Tunggu... Freelancer - Haloo, saya adalah seorang ibu rumah tangga profesional. Bekerja paruh waktu sebagai pengajar Sosiologi dan Sejarah di BKB Nurul Fikri. Juga suka menulis dan sudah menghasilkan 6 buku antologi dan 1 buku solo. Saya juga seorang konselor laktasi dan blogger.

Home Educator Omah Rame, Pengajar di BKB Nurul Fikri, Konselor Laktasi, Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Alfira Oktaviani, Giatkan Sustainable Fashion Lewat Semilir Ecoprint

18 Oktober 2023   20:21 Diperbarui: 18 Oktober 2023   20:34 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mode yang cepat berganti, membuat fenomena fast fashion semakin marak. Akibatnya, limbah fashion pun menumpuk. Penelitian dari Fibre2Fashion, pada tahun 2020 saja, sekitar 18,6 juta ton limbah tekstil dibuang di tempat pembuangan akhir yang kemudian berakhir di laut. Rata-rata, konsumen juga membuang 60% pakaiannya hanya setahun setelah membeli. Jika hal ini terus berlanjut, maka pada tahun 2050, limbah tekstil di seluruh dunia akan mencapai 300 juta. Sungguh hal yang mengerikan bila dibiarkan terus menerus. 

Seiring dengan meningkatnya gaya hidup ramah lingkungan, produk sustainable fashion pun mulai dilirik. Sustainable fashion ini menjadi solusi untuk mengurangi limbah fashion yang jumlahnya semakin hari semakin menjadi. 

Semangat ini pula yang melandasi Alfira Oktaviani, seorang mompreneur dari Yogyakarta. Kecintaan pada fashion, budaya, dan lingkungan, mendorongnya membuat Semilir Ecoprint, brand sustainable fashion dengan kearifan lokal Indonesia. 

Limbah Fashion di Indonesia

Limbah fashion seringkali dilupakan. Padahal, limbah ini jumlahnya cepat menumpuk, lho. Fenomena fast fashion membuat limbah fashion menjadi limbah terbesar kedua di dunia. Ada 92 juta ton sampah tekstil tersebut diproduksi setiap tahunnya. Limbah fesyen yang dibuang begitu saja ke lautan dapat menyebabkan pencemaran udara. Pencemaran udara itu menyebabkan banyak ikan dan biota laut lainnya terkena mikroplastik.

Mikroplastik tersebut bisa termakan oleh manusia secara tidak sengaja karena kita ikut mengkonsumsi biota laut yang sudah tercemar itu.

Tidak hanya di lautan, pencemaran udara karena limbah tekstil tersebut juga terjadi di lingkungan terdekat kita. 

Studi yang dilakukan oleh Pusat Riset Oseanografi Institut Pertanian Bogor (IPB) pada bulan Februari lalu, menemukan sebanyak 70 persen bagian tengah Sungai Citarum tercemar mikro plastik, berupa serat benang polyester. Hal tersebut diperkuat dengan keberadaan industri fashion di kawasan tersebut.

Kandungan mikroplastik mengancam kehidupan biota di Daerah Aliran Sungai Citarum. Kerusakan yang terjadi berupa kecacatan hingga kematian ikan dan kerang di Sungai Citarum. Selain itu, penggunaan air Sungai Citarum untuk mandi dan mencuci baju oleh warga sekitar juga berpotensi menimbulkan berbagai penyakit.

Penelitian yang dilakukan YouGov mencatat bahwa 66% masyarakat dewasa di Indonesia membuang sedikitnya satu pakaian mereka dan 25% membuang lebih dari 10 pakaian mereka dalam setahun. Belum lagi, 41% millenial Indonesia menjadi konsumen produk fast fashion terbesar. Tidak heran jika pada tahun 2018 komunitas Zero Waste Indonesia menemukan bahwa limbah tekstil di laut Indonesia jumlahnya lebih banyak dari sampah plastik, yaitu 80% dari total sampah yang dikumpulkan. Majalah National Geographic, Maret 2020: The End of The Trash juga mencatat bahwa dari 57% sampah yang ada di Jakarta, sekitar 8,2% merupakan limbah tekstil.

Limbah fashion di Indonesia tentu tidak hanya datang dari konsumen, tapi juga produsen. Sebagai salah satu industri terbesar di negara ini, fashion menyumbang gas emisi dan polusi air terbesar kedua setelah industrii minyak dalam produksinya. Nexus3Foundation bahkan mencatat ada 1.000 pabrik garmen yang membuang berbagai bahan kimia beracun dari hasil produksinya ke Sungai Citarum.

Beralih ke Sustainable Fashion

Limbah fashion ini menjadi tanggung jawab bersama, tak hanya mendorong produsen mengelola limbahnya dengan bijak, tetapi juga butuh partisipasi dari konsumen. 

Konsumen bisa berpartisipasi dalam mencegah limbah fashion dengan mulai menerapkan sustainable fashion. Sustainable fashion tak hanya untuk pakaian saja, tetapi juga aksesorisnya, mulai dari hijab, tas, sepatu, topi, dan lain sebagainya. 

Sustainable fashion sendiri diartikan sebagai sebuah konsep produksi garmen dan pakaian yang ramah lingkungan dan beretika baik mendukung kelangsungan hidup para pekerja yang terlibat dalam setiap langkah produksinya.

Sustainable fashion mendorong untuk lebih bertanggung jawab, tak hanya kepada konsumen - dengan menyajikan pakaian dan aksesoris yang ramah di kulit, tapi juga kepada lingkungan - dengan melakukan produksi yang tidak mengotori alam, serta kepada para pembuatnya - mulai dari para buruh pabrik produsen pakaian tersebut hingga jalur distribusi yang memiliki etika membagi keuntungan dengan adil.

Dewasa ini, ditengah semakin gencarnya gaya hidup ramah lingkungan, banyak brand sustainable fashion bermunculan. Salah satunya, Semilir Ecoprint. 

Giatkan Sustainable Fashion Lewat Semilir Ecoprint

Semilir Ecoprint hadir disaat Alfira Oktaviani atau yang akrab disapa Fira, memutuskan untuk kembali ke rumah. Dia meninggalkan pekerjaan sebagai apoteker, memilih mengurus anak dan keluarga. Nemun, bukan berarti dia diam saja. Setelah belajar beragam teknik pewarnaan tekstil, mulai dari batik hingga shibori, Fira justru jatuh cinta dengan ecoprint! 

Berkarya dari rumah

Fira adalah lulusan apoteker Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Setelah lulus, ia pun melanjutkan bekerja di apotek dan rumah sakit. Namun, saat sudah menjadi ibu, Fira memutuskan kembali ke rumah. 

Fira ingin fokus merawat dan keluarga. Meski begitu, ia tak mau hanya diam. Ia ingin tetap berkarya. 

Kecintaannya terhadap dunia fashion membuat Fira mencari tahu beragam teknik pewarnaan teknik. Dia sempat belajar membatik hingga teknik pewarnaan shibori. Nemun, saat berkenalan dengan ecoprint, Fira langsung jatuh cinta! 

Dia pun memilih menekuni teknik ecoprint. Menurutnya, ecoprint ini unik. 

Mengenal teknik ecoprint

Ecoprint | Dok. Semilir Ecoprint
Ecoprint | Dok. Semilir Ecoprint

Ecoprint adalah teknik teknik pencetakan alami di mana daun, bunga, dan bagian tanaman lainnya digunakan untuk mencetak pola pada kain.

Proses ini melibatkan penggunaan panas dan tekanan untuk mengalihkan pigmen alami dari tanaman ke serat kain. Pigmen alami ini memberikan efek warna dan pola yang unik pada kain serta menciptakan tampilan yang menarik dan alami.

Ecoprint sendiri muncul pada tahun 2000 dan dikenalkan pertama kali oleh India Flint. India Flint adalah seorang seniman yang menjadi sosok sentral dalam perkembangan ecoprint. Ia mengembangkan metode ini melalui eksperimen dan penelitian yang mendalam tentang sifat-sifat tumbuhan, pigmen alami, dan serat kain.

Di Indonesia sendiri, ecoprint mulai dikenal pada tahun 2016 dan mulai berkembang pesat saat 2018. Saat itulah, Fira mendirikan Semilir Ecoprint. 

Ecoprint ini unik, karena tidak bisa diulang apabila sudah dibuat. Selain itu, tiap daun dan bunga walaupun dari pohon yang sama sangat mungkin menghasilkan pola dan warna berbeda.

Semilir Ecoprint

Semilir Ecoprint didirikan oleh Alfira Oktaviani pada tahun 2018 di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Semilir Ecoprint berawal dari kata dalam bahasa Jawa 'silir' yang berarti angin yang menyejukkan. 

Makna "Silir" juga menjadi filosofi Semilir Ecoprint dalam menghasilkan produk ecoprint ramah lingkungan, sekaligus memberdayakan masyarakat setempat. Semilir Ecoprint ingin bisa menyejukkan alam, masyarakat, dan budaya. 

"Semilir Ecoprint punya misi bukan hanya melestarikan budaya melalui inovasi ecoprint, namun juga melestarikan lingkungan dengan menghasilkan produk ramah lingkungan dan juga memberdayakan masyarakat setempat", ungkap Fira dalam petikan wawancara dengan media online. 

Produk Semilir Ecoprint ini awalnya adalah tas. Namun, seiring berjalannya waktu, diproduksi juga dompet, selendang, kebaya, pakaian, kain, hingga corporate souvenir. 

Produk Semilir Ecoprint | Dok. Semilir Ecoprint
Produk Semilir Ecoprint | Dok. Semilir Ecoprint

Adapun target pasar dari Semilir Ecoprint ini adalah perempuan berusia mulai dari 25 tahun, dengan status ekonomi grade A, yang memiliki gaya hidup ramah lingkungan. 

Fira tak menyangka, usahanya ini mendapat sambutan yang positif. Dimulai dengan keterlibatan tetangga di sekitarnya. Para tetangga ini ikut membantu produksi di Semilir Ecoprint. Bahkan, mereka juga ikut menanam berbagai jenis tumbuhan yang menjadi bahan baku ecoprint, mulai dari daun lanang, jenitri, kayu Afrika, truja, jati, insulin, hingga kenikir. 

Hingga kini, Fira sudah mengajak 10 ribu perempuan di sekitarnya untuk terlibat bersama Semilir Ecoprint. Secara tak langsung, dia ikut andil dalam memberdayakan ekonomi masyarakat sekitarnya. 

Fira pun terus berinovasi. Mempelajari banyak hal baru tentang teknik ecoprint yang terus berkembang, termasuk mencari jenis-jenis tanaman yang tepat untuk digunakan sebagai bahan baku. Nampaknya, ilmu morfologi tumbuhan yang didapat di bangku kuliah, sedikit banyak membantu Fira dalam mengembangkan usahanya ini. 

Kembangkan warisan budaya khas Bengkulu

Semilir Ecoprint terus berinovasi. Mulai tahun 2019, Fira tak lagi menggunakan kain untuk media ecoprint, melainkan menggantinya dengan kulit kayu lantung. 

Kulit kayu lantung adalah wujud budaya tak benda dari Bengkulu. Fira sudah mengenal kulit kayu lantung ini sejak kecil, Bengkulu adalah kampung halaman ayahnya. 

Biasanya masyarakat Bengkulu mendapatkan kulit kayu lantung ini dari pepohonan yang bergetah, seperti pohon karet hutan, pohon ibuh, dan terap yang sudah tua. Pohon-pohon bergetah ini tidak mudah rusak. 

Sebenarnya, kulit kayu lantung ini sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia sejak tahun 2015. Namun, keberadaannya masih kurang dikenal secara luas oleh masyarakat. Inilah yang menjadi semangat Fira dalam menggunakan kulit kayu lantung sebagai media di Semilir Ecoprint. 

Tak tanggung-tanggung, Fira melakukan riset yang mendalam tentang kulit kayu lantung ini. Tahun 2020, dia pun mendapat pendanaan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI untuk meneliti kain lantung ini di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. 

Perjalanan 250 km dari pusat kota Bengkulu tak sia-sia. Fira bisa melihat secara langsung bagaimana masyarakat setempat mengolah kain lantung secara tradisional. Jadi, kulit kayu lantung ini dipipihkan menggunakan alat yang bernama Perikai. 

Pengerajin kain lantung | Dok. Semilir Ecoprint
Pengerajin kain lantung | Dok. Semilir Ecoprint

Perikai adalah alat pukul yang biasanya berupa tanduk kerbau atau kayu keras dengan ukuran 10 x 40 cm. Ketika perikai dipukulkan pada kayu lantung tadi, akan menghasilkan bunyi 'tung tung tung', dari sinilah masyarakat Bengkulu menamainya "kain lantung".

Dari lembaran kayu lantung yang hanya berukuran 10 x 20 cm, bisa menjadi kain berukuran 1 hingga 2 meter, setelah dipipihkan dengan perikai. 

Warna alami dari kain lantung ini akan sangat cocok dengan motif ecoprint. Kombinasi keduanya menghasilkan karya yang cantik. Apalagi, kain lantung ini elastis, sehingga mudah dibentuk. 

Produk ecoprint diatas kain lantung ini menjadi bukti perpaduan seni, alam, dan budaya. Ini menjadi salah satu keunggulan produk Semilir Ecoprint. 

Adaptasi kala pandemi

Tak bisa dipungkiri, pandemi COVID-19 yang terjadi selama tahun 2020 hingga 2023, berpengaruh terhadap perjalanan Semilir Ecoprint. Namun, Fira tak menyerah begitu saja. 

Masker Ecoprint | Dok. Semilir Ecoprint
Masker Ecoprint | Dok. Semilir Ecoprint

Dia berusaha membuat beragam inovasi, agar Semilir Ecoprint tetap bergerak di tengah pandemi. Fira memproduksi masker kain ecoprint. Dia juga menawarkan paket DIY kit ecoprint, yang bisa dimanfaatkan untuk mengisi waktu saat di rumah saja. Semilir Ecoprint juga membuka jasa ecoprint bagi pelaku bisnis lainnya, bila ingin produknya dicetak dengan motif alam. 

DIY Ecoprint | Dok. Semilir Ecoprint
DIY Ecoprint | Dok. Semilir Ecoprint

Semua inovasinya ini mampu membuat Semilir Ecoprint bisa melewati masa-masa suram pandemi. 

Menurut Fira, dalam berbisnis memang tak boleh gampang menyerah. Harus mau terus belajar dan mencoba hal baru. Meski tak banyak, mata kuliah manajemen bisnis yang didapat saat kuliah bisa membantunya dalam mengelola Semilir Ecoprint ini. 

Bisnis berkelanjutan

Saat mendirikan Semilir Ecoprint ini, Fira tak pernah membayangkan akan berkembang seperti sekarang ini. Awalnya dia hanya senang dengan dunia fashion dan ingin mengisi waktu luang. Siapa sangka, jika Semilir Ecoprint menjadi salah satu brand sustainable fashion yang terkemuka, menjadi contoh dari bisnis berkelanjutan. 

Sustainable fashion yang diusung oleh Semilir Ecoprint bisa menjadi sebuah bisnis yang berkelanjutan. Peluang sustainable fashion kedepannya akan semakin besar, sebab semakin banyak masyarakat yang memilih gaya hidup ramah lingkungan. 

Menurut survei global di tahun 2018, sebanyak 66% milenial bersedia membeli pakaian lebih banyak untuk merek yang berkelanjutan dan sebanyak 69% memperhatikan klaim branding "eco-friendly" dan "sustainable" saat membeli pakaian. 

Semilir Ecoprint menyadari bahwa bahan baku mereka dari alam, maka sudah selayaknya ikut serta menjaga alam. Daun-daun yang dijadikan bahan baku ecoprint, terus ditanam disekitar Semilir Ecoprint, bahkan juga ditanam di rumah para mitra. 

Begitu juga dengan kain lantung. Guna mencegah deforestasi pohon kayu lantung, Fira pun bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Bengkulu untuk menyediakan lahan dan menyediakan bibit pohon terap secara gratis.

Meraih Astra SATU Indonesia Awards 2022

Kegigihan Fira dalam mengembangkan Semilir Ecoprint berbuah manis. Tak hanya mampu memberdayakan para perempuan di sekitarnya dan mengembangkan sustainable fashion berbasis alam dan budaya, dia juga mendapatkan apresiasi dari Astra Internasional. 

SATU Indonesia Awards | Dok. Astra
SATU Indonesia Awards | Dok. Astra

Fira dinobatkan sebagai salah satu tokoh inspiratif di bidang kewirausahaan. Fira secara konsisten melestarikan warisan budaya Indonesia dan menyelamatkan lingkungan melalui konsep sustainable fashion yang diusung oleh Semilir Ecoprint. 

Penghargaan ini tentu membuat Fira semakin terpacu. Target kedepannya, Semilir Ecoprint bisa GO INTERNASIONAL. Dan bisa mendorong kain lantung sebagai warisan budaya tak benda yang diakui oleh UNESCO. 

Lewat Semilir Ecoprint ini, Fira tak lelah mengajak masyarakat untuk beralih ke sustainable fashion. Dia juga membuktikan bahwa, bisnis tak melulu mengejar keuntungan, melainkan juga untuk menebarkan banyak kebaikan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. 

Referensi

  1. https://m.mediaindonesia.com/ekonomi/518544/sustainable-fashion-bisa-jadi-peluang-bisnis-jangka-panjang

  2. https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/pelestari-kain-lantung-bengkulu/

  3. https://www.radioidola.com/2023/mengenal-alfira-oktaviani-founder-semilir-ecoprint-yogyakarta/

  4. https://instagram.com/semilir_ecoprint?igshid=MzRlODBiNWFlZA==

  5. https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/apa-itu-fesyen-berkelanjutan-sustainable-fashion/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun