Proses ini melibatkan penggunaan panas dan tekanan untuk mengalihkan pigmen alami dari tanaman ke serat kain. Pigmen alami ini memberikan efek warna dan pola yang unik pada kain serta menciptakan tampilan yang menarik dan alami.
Ecoprint sendiri muncul pada tahun 2000 dan dikenalkan pertama kali oleh India Flint. India Flint adalah seorang seniman yang menjadi sosok sentral dalam perkembangan ecoprint. Ia mengembangkan metode ini melalui eksperimen dan penelitian yang mendalam tentang sifat-sifat tumbuhan, pigmen alami, dan serat kain.
Di Indonesia sendiri, ecoprint mulai dikenal pada tahun 2016 dan mulai berkembang pesat saat 2018. Saat itulah, Fira mendirikan Semilir Ecoprint.Â
Ecoprint ini unik, karena tidak bisa diulang apabila sudah dibuat. Selain itu, tiap daun dan bunga walaupun dari pohon yang sama sangat mungkin menghasilkan pola dan warna berbeda.
Semilir Ecoprint
Semilir Ecoprint didirikan oleh Alfira Oktaviani pada tahun 2018 di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Semilir Ecoprint berawal dari kata dalam bahasa Jawa 'silir' yang berarti angin yang menyejukkan.Â
Makna "Silir" juga menjadi filosofi Semilir Ecoprint dalam menghasilkan produk ecoprint ramah lingkungan, sekaligus memberdayakan masyarakat setempat. Semilir Ecoprint ingin bisa menyejukkan alam, masyarakat, dan budaya.Â
"Semilir Ecoprint punya misi bukan hanya melestarikan budaya melalui inovasi ecoprint, namun juga melestarikan lingkungan dengan menghasilkan produk ramah lingkungan dan juga memberdayakan masyarakat setempat", ungkap Fira dalam petikan wawancara dengan media online.Â
Produk Semilir Ecoprint ini awalnya adalah tas. Namun, seiring berjalannya waktu, diproduksi juga dompet, selendang, kebaya, pakaian, kain, hingga corporate souvenir.Â
Adapun target pasar dari Semilir Ecoprint ini adalah perempuan berusia mulai dari 25 tahun, dengan status ekonomi grade A, yang memiliki gaya hidup ramah lingkungan.Â
Fira tak menyangka, usahanya ini mendapat sambutan yang positif. Dimulai dengan keterlibatan tetangga di sekitarnya. Para tetangga ini ikut membantu produksi di Semilir Ecoprint. Bahkan, mereka juga ikut menanam berbagai jenis tumbuhan yang menjadi bahan baku ecoprint, mulai dari daun lanang, jenitri, kayu Afrika, truja, jati, insulin, hingga kenikir.Â