Wah nggak terasa sudah masuk hari ke empat belas puasa Ramadan. Masih semangat puasa kan? Puasanya sih semangat ya, tapi masak sahur dan berbuka kadang mager, hehe.
Kalau saya, menu sahur sih nggak pernah aneh-aneh. Bikin yang mudah dan cepat masaknya saja, goreng-goreng atau ditumis saja.
Tapi kalo berbuka terkadang lebih meriah. Mulai masak takjil, hidangan utama sampai makanan penutup. Meski begitu, masakannya ya yang simple simple saja sih.
Kadang-kadang juga masak masakan istimewa, masak yang tak biasa gitu. Salah satunya nasi biryani.
Nasi Biryani
Saya adalah blasteran Arab dan Jawa, mama keturunan Arab. Tumbuh bersama keluarga besar mama, membuat saya akrab dengan berbagai hidangan khas Timur Tengah.
Mulai dari nasi kebuli, nasi tomat, krengsengan kambing, dan nasi biryani ini. Hidangan khas Timur Tengah yang kaya rempah, begitu lezat dan sangat cocok di lidah saya.
Pandemi membuat saya tidak pernah berkunjung ke rumah Uma, tante saya yang biasanya sering masakin saya makanan khas Timur Tengah. Kerinduan akan hidangan Timur Tengah membuat saya berusaha bisa memasaknya sendiri. Berbekal resep dari Uma tentunya.
Nasi Biryani ini sebenarnya berasal dari Asia Selatan, kalau khas Timur Tengah biasanya sih nasi kebuli. 'Biryani' berasal dari Bahasa Persiayang berarti goreng atau panggang.
Pada zaman dulu, beras digoreng di dalam minyak samin sebelum direbus di dalam air bersama rempah-rempah hingga setengah matang.