Sengaja hanya makan takjil, karena kami akan makan berat di rumah. Pasti umi (nenek) sudah membuatkan hidangan berbuka yang lezat bagi kami.
Masa kecil saya dan adik perempuan saya diasuh oleh Abi dan Umi. Mereka berdua dengan segenap cinta dan kasih sayangnya, mampu mengasuh kami dengan baik, meski di usia senjanya.
Tiba di rumah, aroma nasi kebuli dan krengsengan kambing menyambut kedatangan kami. Amboi, nikmatnya hidangan berbuka yang telah disiapkan umi.
Saat Ramadan, secara bergiliran Abi akan mengajak cucu-cucunya menghabiskan waktu bersama secara bergiliran. Abi selalu mengajak untuk ngabuburit bareng.
Menyusuri jalan di waktu ngabuburit bersama Abi terasa sangat spesial bagi saya. Abi banyak bercerita. Cerita-cerita yang membuat saya kagum sekaligus bisa memetik banyak hikmah.
Tak lupa saya juga bercerita kepada Abi. Tentang hari-hari yang saya lalui di sekolah. Terkadang kami juga membicarakan film. Kebetulan kami berdua penggemar film action.
Menjadi quality time antara saya dan Abi. Abi dengan baik menggantikan figur papa dalam hidup saya. Meski tak bersama orang tua, saya tumbuh dengan baik. Alhamdulillah.
Kini, sudah 11 kali Ramadan tak ada Abi. Sore spesial di bulan Ramadan tak pernah saya rasakan lagi. Sejak Abi berpulang pada tahun 2010 lalu, saya tak pernah lagi menghabiskan waktu ngabuburit di Ampel. Tak pernah lagi menyusuri jalan Ampel Gubah yang selalu ramai dan semarak.
Tak ada sore yang indah dimana saya bisa saling bercerita dengan Abi. Tak ada rengekan saya saat meminta membeli gelang di Ampel Gubah.
Ah, ngabuburit bersama Abi menjadi kenangan Ramadan di masa kecil yang sangat berkesan bagi saya. Kenangan yang tak akan saya lupakan.
Bagaimana dengan teman-teman? Apa kenangan Ramadan di masa kecil yang paling berkesan? Apa yang bikin kenangan itu tak terlupakan?