Mohon tunggu...
Dian Kusumawardani
Dian Kusumawardani Mohon Tunggu... Freelancer - Haloo, saya adalah seorang ibu rumah tangga profesional. Bekerja paruh waktu sebagai pengajar Sosiologi dan Sejarah di BKB Nurul Fikri. Juga suka menulis dan sudah menghasilkan 6 buku antologi dan 1 buku solo. Saya juga seorang konselor laktasi dan blogger.

Home Educator Omah Rame, Pengajar di BKB Nurul Fikri, Konselor Laktasi, Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ngabuburit Bersama Abi

19 April 2021   18:06 Diperbarui: 19 April 2021   18:53 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Ampel | dokpri

"Neng, sudah siap? Ayo berangkat"

Abi masuk ke dalam kamar saya. Saya baru selesai melipat mukena setelah menunaikan shalat ashar. Masih pukul 4 sore, tapi Abi sudah siap dengan peci dan sarungnya.

Sore di bulan Ramadan menjadi waktu yang spesial bagi saya. Saya dan Abi (kakek) akan jalan-jalan ke kawasan Ampel Surabaya. Kebetulan tempat tinggal kami tidak seberapa jauh dengan Ampel.

Kami berdua berjalan menyusuri gang-gang. Melewati jalan Sumbo,  Sencaki, Kebondalem hingga akhirnya tiba di kawasan Ampel.

Tujuan kami pertama kami adalah Ampel Gubah. Jalan-jalan melewati toko-toko yang menjual barang-barang khas Timur Tengah. Mulai dari pakaian hingga aksesoris yang memanjakan mata.

Hari ini kata Abi saya boleh beli aksesoris. Horee!! saya bersorak dalam hati. Saya pun segera memilih aksesoris yang ada. Gelang warna-warni jadi pilihan saya.

Abi lalu mengajak saya ke toko sarung langganannya. Abi membeli satu buah sarung yang dipersiapkan untuk melaksanakan shalat idul fitri nanti. Sarung hijau muda menjadi pilihannya.

Puas berbelanja sarung dan aksesoris, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini mencari kudapan untuk takjil.

Wahh beragam kuliner khas Ampel berjejer manis sepanjang jalan. Ada pukis Arab, kroket, pastel, kue lumpur dan masih banyak lagi. Saya memilih kroket. Sementara Abi memilih sambosa. Es selasih menjadi minuman pilihan kami.

Setelah itu kami menuju masjid Ampel. Kami berbuka di masjid sekaligus melaksanakan shalat magrib disana.

Waktu berbuka pun tiba. Kami pun makan takjil yang telah dibeli. Lalu mengikuti shalat magrib berjamaah.

Sengaja hanya makan takjil, karena kami akan makan berat di rumah. Pasti umi (nenek) sudah membuatkan hidangan berbuka yang lezat bagi kami.

Masa kecil saya dan adik perempuan saya diasuh oleh Abi dan Umi. Mereka berdua dengan segenap cinta dan kasih sayangnya, mampu mengasuh kami dengan baik, meski di usia senjanya.

Tiba di rumah, aroma nasi kebuli dan krengsengan kambing menyambut kedatangan kami. Amboi, nikmatnya hidangan berbuka yang telah disiapkan umi.

Saat Ramadan, secara bergiliran Abi akan mengajak cucu-cucunya menghabiskan waktu bersama secara bergiliran. Abi selalu mengajak untuk ngabuburit bareng.

Menyusuri jalan di waktu ngabuburit bersama Abi terasa sangat spesial bagi saya. Abi banyak bercerita. Cerita-cerita yang membuat saya kagum sekaligus bisa memetik banyak hikmah.

Tak lupa saya juga bercerita kepada Abi. Tentang hari-hari yang saya lalui di sekolah. Terkadang kami juga membicarakan film. Kebetulan kami berdua penggemar film action.

Menjadi quality time antara saya dan Abi. Abi dengan baik menggantikan figur papa dalam hidup saya. Meski tak bersama orang tua, saya tumbuh dengan baik. Alhamdulillah.

Kini, sudah 11 kali Ramadan tak ada Abi. Sore spesial di bulan Ramadan tak pernah saya rasakan lagi. Sejak Abi berpulang pada tahun 2010 lalu, saya tak pernah lagi menghabiskan waktu ngabuburit di Ampel. Tak pernah lagi menyusuri jalan Ampel Gubah yang selalu ramai dan semarak.

Tak ada sore yang indah dimana saya bisa saling bercerita dengan Abi. Tak ada rengekan saya saat meminta membeli gelang di Ampel Gubah.

Ah, ngabuburit bersama Abi menjadi kenangan Ramadan di masa kecil yang sangat berkesan bagi saya. Kenangan yang tak akan saya lupakan.

Bagaimana dengan teman-teman? Apa kenangan Ramadan di masa kecil yang paling berkesan? Apa yang bikin kenangan itu tak terlupakan?

Yuk saling sharing di kolom komentar ya..

Terima kasih..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun